Suarapena.com, JAKARTA – Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI Said Abdullah menilai antusiasme masyarakat terhadap hal yang berkaitan dengan syariah sangat tinggi. Lantaran itu, ia meminta jajaran Direksi Bank Syariah Indonesia (BSI) harus berbenah.
Terlebih, bank syariah dengan aset terbesar di Indonesia itu baru saja mengalami gangguan layanan yang diakibatkan karena adanya dugaan serangan siber ransomware. Sehingga hal itu mengancam kebocoran 1,5 TB dengan 15 juta data nasabah dan karyawan.
“Yang pertama menang bank syariah kita harus berbenah. Diakui atau tidak, bank syariah kita ada titik lemah di mana-mana. Antusiasme masyarakat terhadap bank syariah luar biasa, cuma institusi bank syariah tidak segera melakukan konsolidasi,” ungkap Said di Jakarta, Selasa (24/5/2023).
Politisi Fraksi PDI-Perjuangan ini menilai seharusnya konsolidasi dalam manajemen BSI harus terus menerus dilakukan demi terus melakukan perbaikan layanan dan meningkatkan trust pada nasabah.
”Itu (konsolidasi) terus menerus dilakukan dan (sembari) ditingkatkan SDM dan teknologinya. Jangan sampai, antusias masyarakatnya luar biasa tapi banknya tidak berbenah seperti yang dialami BSI,” jelasnya.
Lebih lanjut, Said juga menyesalkan terjadinya Serangan siber ransomware yang dialami BSI dan mengancam kebocoran 1,5 TB dengan 15 juta data nasabah dan karyawan tersebut.
“Masak dengan mudahnya (diretas) seperti itu. 15 Juta data pelanggan. Kita sangat menyesalkan itu terjadi. Itu menunjukan bank syariah kita tidak berbenah. Hanya jualan syariahnya, itu tidak boleh. Kasian masyarakat yang antusiasnya luar biasa, tapi banknya tidak berbenah SDM-nya, IT-nya,” katanya.
Jika ditelisik dari latar belakang terbentuknya ditambahkan Said, harusnya BSI bisa lebih maju secara teknologi dan SDM karena merupakan merger dari empat bank syariah.
”Ini kan mestinya harus terus berkompetisi terus dengan bank umum (konvensional, red). Bank Umum sudah digitalisasi, bank syariah masih berdiri di kubangan, seharusnya Bank Syariah lebih maju dong. Justru bank syariah (Indonesia) itu holding dari empat bank syariah yang merger, bahkan di bursa jalan di tempat sahamnya,” pungkasnya.
Diketahui, baru-baru ini, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir merombak direksi dan komisaris PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Senin (22/5/2023). Hal ini dilakukan setelah terjadinya gangguan layanan bank berkode BRIS ini pada pekan lalu. (we/rdn)