Scroll untuk baca artikel
HeadlinePemerintahan

Gabung di G20, Apa Kontribusi dan Keuntungan Indonesia?

×

Gabung di G20, Apa Kontribusi dan Keuntungan Indonesia?

Sebarkan artikel ini
Menlu dan Menkeu menyampaikan konferensi pers di Hotel Steigenberger, Hamburg, Jerman, Sabtu malam (8/7/2017). Foto: Humas/Edi
Menlu dan Menkeu menyampaikan konferensi pers di Hotel Steigenberger, Hamburg, Jerman, Sabtu malam (8/7/2017). Foto: Humas/Edi

SUARAPENA.COM – Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani dan Menteri Luar Negeri (Menlu) melakukan konferensi pers bersama di Hotel Steigenberger, Hamburg, Jerman, Sabtu (8/7/2017) hingga pukul 19.30 malam waktu setempat atau sekitar pukul 00.30 Minggu (9/7/2017).

Dalam sesi tanya jawab konferensi pers tersebut, Sri Mulyani menjelaskan mengenai nilai positif bergabungnya Indonesia di Group 20 (G20).

Advertisement
Scroll ke bawah untuk lihat konten

“Jadi dari sisi kalau dibanding-bandingkan apakah yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dibandingkan negara lain katakanlah posisi makro ekonomi, pertumbuhan ekonomi, inflasi, perdagangan internasional, nilai tukar, kesempatan kerja. Itu semuanya bisa menggambarkan bahwa apakah Indonesia ada di level mana,” jelasnya.

Hal kedua, lanjut Sri, di dalam pertemuan seperti ini akan menunjukkan Indonesia dibanding-bandingkan negara lain misal dari aspek investment grade growth-nya .

Berita Terkait:  Presiden Jokowi Pastikan 17 Negara Hadir dalam KTT G20

“Indonesia dianggap sebagai negara yangperforming well mulai dari tadi Presiden Trump mengatakan wow 5% kita envy. Kita ingin pertumbuhan yang tinggi,” ujarnya seraya sampaikan pertanyaan Presiden Trump bagaimana cara memperolehnya.

Bicara tentang konkret, lanjutnya, pertemuan seperti ini bisa diukur sebagai salah satu bentuk confidence dan menaikkan reputasi Indonesia, yang kemudian menciptakan daya tarik lebih banyak tapi pada saat yang sama Indonesia juga bisa belajar dari yang lain.

Berita Terkait:  Hadiri KTT G20, Joe Biden hingga Menlu Rusia Tiba di Bali

“Itu adalah hal-hal yang menurut saya konkret untuk bisa dilihat dicapai oleh Indonesia tapi sebagai negara yang besar Indonesia akan makin diminta untuk menjadi warga dunia yang makin responsible,” papar Sri.

Lebih lanjut, Sri Mulyani menjelaskan bahwa pada waktu zaman kemerdekaan para pendiri bangsa kita bisa berinisiatif membuat forum Asia-Afrika solidaritas.

“Masa sekarang kalau income perkapitanya lebih tinggi dan lebih makmur kita tidak bisa membuat kesepakatan untuk solidaritas negara Afrika yang mungkin masih agak tertinggal dari sisi pertumbuhannya atau dari perkembangannya,” jelasnya.

Sementara, Menlu menegaskan bahwa masyarakat makin bermartabat, makin civillized, makin menjadi masyarakat dunia yang peduli pada diri sendiri, tetapi juga terhadap dunia karena dunia itu kan It’s more village.

Berita Terkait:  Keren! Empat Merek Kriya Jabar jadi Suvenir KTT G20

Senada dengan Menkeu, Menlu juga menyampaikan bahwa sebagai negara besar G20 dari segi politiknya setiap kali dilihat wajah politik luar negeri Indonesia adalah wajah yang damai.

“Di tahun 1955 saja kita sudah bisa mengajak dunia Asia dan 8Afrika untuk duduk di dalam suatu kesetaraan untuk mengajak untuk membangun Afrika dan itu sampai sekarang kita terus lakukan untuk membantu negara berkembang yang lainnya,” jelas Menlu. (en/as/es)