Suarapena.com, JAKARTA – Indonesia memiliki kekayaan seni budaya tradisional yang luar biasa, salah satunya adalah seni pertunjukan wayang.
Wayang bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga merupakan warisan budaya yang mengandung nilai-nilai filosofis, pendidikan, dan religius.
Wayang juga telah mendapat pengakuan internasional sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan.
Dalam rangka memperingati Hari Wayang Nasional yang jatuh pada 7 November lalu, mari kita mengenal lebih dekat berbagai fakta menarik tentang seni pertunjukan wayang Indonesia.
Asal-Usul Wayang
Wayang sudah ada di Indonesia sejak zaman pra-Islam, yaitu sekitar abad ke-9 Masehi. Kata “wayang” berasal dari bahasa Jawa yang berarti “bayangan”. Hal ini karena wayang biasanya ditampilkan dengan menggunakan cahaya dan layar yang menciptakan bayangan dari tokoh-tokoh wayang.
Wayang juga memiliki makna filosofis, yaitu sebagai cerminan sifat-sifat manusia. Dalam wayang, kita bisa melihat berbagai karakter yang memiliki sifat baik, buruk, atau campuran. Wayang juga mengajarkan kita tentang moral, etika, dan nilai-nilai kehidupan.
Selain itu, wayang juga memiliki fungsi sebagai alat komunikasi, pendidikan, dan religius. Wayang sering digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan penting, mengajarkan sejarah dan budaya, serta menyelaraskan hubungan antara manusia, alam, dan Tuhan.
Jenis-Jenis Wayang di Indonesia
Indonesia memiliki berbagai jenis wayang yang tersebar di berbagai daerah. Setiap jenis wayang memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Berikut adalah beberapa jenis wayang yang populer di Indonesia:
- Wayang kulit: Jenis wayang yang terbuat dari kulit sapi, kerbau, atau kambing yang dipotong dan diukir sesuai dengan bentuk tokoh wayang. Wayang kulit biasanya dimainkan oleh seorang dalang yang menggerakkan wayang di belakang layar sambil menceritakan cerita wayang. Wayang kulit sering menjadi bagian dari upacara adat atau ritual keagamaan.
- Wayang geber: Jenis wayang yang terbuat dari daun pisang yang dipotong dan dibentuk menjadi tokoh wayang. Wayang geber merupakan salah satu jenis wayang tertua di Indonesia yang sudah ada sebelum Islam masuk ke Nusantara. Wayang geber biasanya dimainkan oleh sekelompok orang yang menggerakkan wayang di atas panggung sambil menyanyikan lagu-lagu wayang.
- Wayang golek: Jenis wayang yang terbuat dari boneka kayu yang memiliki anggota tubuh yang bisa digerakkan. Wayang golek biasanya dimainkan oleh seorang dalang yang menggerakkan wayang sambil menceritakan cerita wayang. Wayang golek sering digunakan untuk menghibur masyarakat atau sebagai media dakwah.
- Wayang orang: Jenis wayang yang diperankan oleh manusia yang mengenakan kostum dan riasan yang menyerupai tokoh wayang. Wayang orang biasanya dimainkan oleh sekelompok orang yang berakting di atas panggung sambil menyanyikan lagu-lagu wayang. Wayang orang sering digunakan untuk mempromosikan seni dan budaya Indonesia.
Penghargaan UNESCO untuk Wayang Kulit
Pada tahun 2003, UNESCO mengakui wayang kulit sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity, atau karya kebudayaan yang mengagumkan di bidang cerita narasi dan warisan budaya yang indah dan berharga.
Penghargaan ini diberikan karena wayang kulit dianggap sebagai salah satu bentuk seni pertunjukan tradisional yang paling kaya dan kompleks di dunia.
Wayang kulit memiliki berbagai unsur seni, seperti seni ukir, seni lukis, seni musik, seni suara, seni gerak, dan seni sastra.
Wayang kulit juga memiliki berbagai genre cerita, seperti cerita Ramayana, Mahabharata, Panji, Menak, dan lain-lain.
Wayang kulit juga memiliki berbagai ragam gaya, seperti gaya Surakarta, Yogyakarta, Cirebon, Banyumas, dan lain-lain.
Penghargaan UNESCO ini tentu menjadi kebanggaan bagi masyarakat Indonesia, khususnya para seniman dan pecinta wayang kulit.
Penghargaan ini juga menjadi motivasi untuk terus melestarikan dan mengembangkan seni pertunjukan wayang kulit di Indonesia.
Penyebaran Wayang Kulit di Dunia
Wayang kulit tidak hanya populer di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara lain. Banyak negara yang tertarik dengan keindahan dan keunikan wayang kulit, baik sebagai penonton maupun sebagai pelaku.
Beberapa negara bahkan memiliki komunitas atau organisasi yang bergerak di bidang seni pertunjukan wayang kulit.
Salah satu contoh adalah pertunjukan wayang kulit “Tunggu Tunggorono” yang sukses memukau penonton di Berkley, Amerika Serikat pada 2022 lalu.
Pertunjukan wayang kulit tersebut diiringi oleh Gamelan Sari Laras, Heni Savitri, dan Darsono Hadiraharjo.
Pertunjukan ini mendapat sambutan yang hangat dari masyarakat Amerika yang antusias menyaksikan seni pertunjukan wayang kulit Indonesia.
Contoh lain adalah pertunjukan wayang kulit di Kota Evry, Perancis. Yang menarik, pertunjukan wayang kulit tersebut ditampilkan dalam bahasa Perancis.
Hal ini menunjukkan bahwa wayang kulit bisa beradaptasi dengan budaya dan bahasa setempat.
Sebelumnya, Kedutaan Besar RI di Budapest, Hongaria juga pernah memamerkan wayang kulit di Festival Internasional Wayang Kulit pada 2017.
Tempat Menikmati Pertunjukan Wayang
Jika Anda ingin menikmati pertunjukan wayang, ada banyak tempat yang bisa dikunjungi. Salah satu tempat yang paling terkenal adalah Taman Budaya Yogyakarta, yang rutin menyelenggarakan pertunjukan wayang kulit setiap malam Jumat.
Di sini, Anda bisa menyaksikan pertunjukan wayang kulit dengan gaya Yogyakarta yang khas.
Tempat lain yang bisa dikunjungi adalah Museum Wayang di Jakarta. Di sini, Anda juga bisa melihat berbagai koleksi wayang dari berbagai jenis, daerah, dan zaman.
Museum Wayang juga sering menyelenggarakan pertunjukan wayang kulit, wayang golek, dan wayang orang di halaman museum.
Selain itu, ada juga tempat-tempat lain yang menyelenggarakan pertunjukan wayang secara berkala atau sesekali, seperti Gedung Kesenian Jakarta, Taman Mini Indonesia Indah, Taman Ismail Marzuki, dan lain-lain.
Anda juga bisa menemukan pertunjukan wayang di berbagai daerah di Indonesia, seperti Solo, Serang, Surabaya, Malang, Banyuwangi, Bali, dan Kalimantan.
Demikianlah beberapa fakta menarik tentang seni pertunjukan wayang Indonesia yang bisa dibagikan. (sp/prk)