SUARAPENA.COM – Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa secara maraton terus memantau perkembangan pencairan bantuan sosial non tunai Program Keluarga Harapan (PKH) dengan turun langsung menemui ibu-ibu penerima manfaat di berbagai titik di Indonesia.
“Bagaimana bu, sudah mencairkan bansosnya? Ibu terima berapa dan ambil berapa?,” tanya Mensos kepada Sutinem (40) warga Kecamatan Tegal Ampel, Bondowoso yang baru saja melakukan transaksi tarik tunai menggunakan mesin ATM BNI di Pendopo Kabupaten Bondowoso, Kamis (3/8/17).
Mensos mengatakan bansos PKH sebesar Rp1 juta 890 ribu per tahun per Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Pencairan bansos ini dilakukan empat kali masing-masing pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Penyaluran bansos yang sebelumnya secara tunai , maka sejak November 2016 secara bertahap dikonversi menjadi non tunai menggunakan sistem perbankan.
“Proses penyaluran yang semula tunai demi akuntabilitas dan percepatan penyaluran maka seluruhnya disalurkan non tunai. Langkah ini ditempuh tentunya setelah melakukan koordinasi dengan Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Himpunan Bank Milik Negara (HIMBARA),” terangnya.
Khofifah menjelaskan perubahan sistem penyaluran dari tunai ke non tunai ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo untuk meningkatkan layanan keuangan inklusif bagi keluarga miskin dan memperluas manfaat dari berbagai bansos,” katanya
Untuk itu, lanjutnya, pemerintah telah menetapkan penyaluran berbagai bansos non tunai untuk penerima PKH melalui satu Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) yang juga menjadi kartu multifungsi.
Di akhir 2016, pencairan bansos non tunai telah menjangkau sebanyak 1,2 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dari total 6 juta KPM penerima bansos PKH.
Mensos mengungkapkan memasuki tahun 2017, pencairan tahap pertama jumlah penerima bansos non tunai PKH telah mencapai 3 juta KPM. Pada bulan Juni yakni pencairan tahap ke dua , sebanyak 6 juta KPM telah menerima bansos non tunai.
“Perubahan dari tunai menjadi non tunai ini perlu waktu. Sehingga mungkin ditemui bahwa di satu kabupaten ada yang sudah menerima non tunai, ada yang belum menerima karena proses di konversi ini mulai diperluas 6 juta pada bulan Juni. Untuk hal ini saya tegaskan pemerintah berkomitmen bansos akan sampai ke KPM secara utuh,” katanya kepada wartawan.
Untuk kota atau kabupaten yang mengalami keterlambatan, Mensos memastikan bansos akan dipenuhi pada Agustus 2017.
Mensos berharap pemerintah daerah aktif berkordinasi dengan bank HIMBARA agar proses pencairan PKH dan mekanisme pengawasan di lapangan berjalan lebih cepat dan tepat. Dengan bersinergi seperti ini maka target Agustus Tuntas Insya Allah akan tercapai.
Momentum bertemu ibu-ibu KPM juga dimanfaatkan Khofifah untuk menyuntikkan motivasi, menanamkan kemandirian dan kepercayaan diri mereka.
Jika selama ini dalam pencairan PKH anak-anak berprestasi selalu dipanggil ke depan untuk mendapat apresiasi, kali ini ada yang berbeda saat bertemu ibu-ibu PKH di Bondowoso dan Jember.
Khofifah memanggil putra-putri KPM yang berprestasi dalam bidang akademik tingkat nasional, yakni penerima beasiswa Bidikmisi. Dihadapan para ibu ini, Mensos dengan bangga menyebutkan detil penerima beasiswa dari pemerintah itu.
“Di Bondowoso ada 3 anak KPM PKH dari satu kecamatan yang mendapat beasiswa Bidikmisi. Masing-masing diterima di Universitas Jember, UIN Maulana Malik Ibrahim, dan Poltek Jember. Sementara di Jember ada 7 anak KPM yang diterima di sejumlah fakultas di Universitas Jember. Ini prestasi yang luar biasa,” tutur Mensos disambut tepuk tangan ibu-ibu PKH.
Beasiswa Bidikmisi adalah bantuan biaya pendidikan dari pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Ristek dan Dikti.
Beasiswa ini diberikan kepada calon mahasiswa tidak mampu secara ekonomi dan memiliki potensi akademik, untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi pada program studi unggulan sampai lulus tepat waktu.
“Prestasi anak-anak penerima PKH sungguh membanggakan. Ini adalah bukti bahwa keterbatasan ekonomi bukan menjadi penghalang anak-anak meraih prestasi setinggi-tingginya di berbagai bidang. Tekuni dengan hati. Ibunya membantu doa dan puasa. Mudah-mudahan ikhtiar ini dapat mendorong kehidupan semakin sejahtera, produktif dan mandiri,” harapnya.
Format ini, lanjutnya, sengaja dilakukan sejak Juli lalu yang bertepatan dengan Tahun Ajaran Baru Sekolah untuk mendorong dan memotivasi ibu-ibu dan anak-anak penerima PKH agar terpacu dan terus bersemangat mengantarkan kesuksesan putra-putri mereka.
“Meski kondisi serba terbatas, tapi anak-anak harus sekolah, hidup mereka harus berubah, mereka harus berusaha untuk keluar dari garis kemiskinan. Salah satunya untuk keluar dari kemiskinan adalah melalui pendidikan,” tutup Khofifah. (gis)