Scroll untuk baca artikel
HeadlinePar-Pol

Pengamat Politik: Perlu Langkah Kultural Antisipasi Politik SARA di Pilkada 2018

×

Pengamat Politik: Perlu Langkah Kultural Antisipasi Politik SARA di Pilkada 2018

Sebarkan artikel ini
Politik SARA
Bhineka Tunggal Ika. Ilustrasi

SUARAPENA.COM – Pengamat politik dan peneliti dari Indo Survey & Strategy, Herman Dirgantara mengungkapkan perlu adanya langkah kultural antisipasi politik SARA. Langkah kultural ini dilakukan agar tidak ada politik SARA (Suku Agama Rasa dan Antargolongan) tidak terjadi di Pilkada Serentak 2018.

“Kebrutalan politik SARA pada Pilkada DKI lalu gesekannya hingga kini bukannya mengalami gradasi, justru cenderung mengencang. Bak di ring tinju, gesekan-gesekan itu akan berlanjut di ronde berikutnya di Pilkada 2018,” kata Herman ketika dihubungi di Jakarta.

Menurutnya, pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2018 jangan semata-mata dijadikan ajang pembalasan dan pembuktian. Mengingat dampak Pilkada DKI hingga kini yang belum mengalami gradasi.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk lihat konten

Tantangan pada Pilkada 2018, lanjutnya, justru lebih berat jika dibandingkan pilkada serentak sebelumnya. Oleh karena itu, selain antisipasi di level regulasi, Pilkada 2018 nanti perlu ada langkah-langkah yang bersifat kultural di tengah masyarakakt.

“Politik uang belum tuntas kita atasi, kini muncul wabah politik SARA. Tidak cukup hanya dengan regulasi. Tidak cukup hanya dengan kepastian hukum. Perlu langkah-langkah yang bersifat kultural yang diinisiasi oleh Pemerintah, KPU, Parpol dan Ormas.” tegas Herman yang juga Wasekjen DPN ISRI (Ikatan Sarjana Rakyat Indonesia) ini.

Berita Terkait:  Kang Ibeng Diusung Jadi Pendamping Calon Bupati Bogor Ade Yasin

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Perayaan Natal Bersama Tingkat Nasional 2017 di Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (28/12/2017). Di hadapan jemaat, Jokowi mengingatkan soal tahun politik yang akan dihadapi Indonesia.

Dalam sambutannya, Jokowi mengatakan Indonesia merupakan negara besar yang memiliki keberagaman. Karena itu, keberagaman tersebut harus dijaga agar masyarakat tetap bersatu.

“Negara ini besar, jangan sampai kita mengorbankan persatuan, persaudaraan, sesama anak bangsa, hanya untuk urusan pilkada. Silakan pilih pemimpin-pemimpin yang terbaik yang ada di provinsi, kabupaten, dan kota. Tapi setelah itu rukun kembali sebagai satu saudara sebangsa dan setanah air,” ujar Jokowi seperti yang disampaikan dalam keterangan video dari Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden, Bey Machmudin.

Berita Terkait:  Herman Dirgantara Tegaskan Pilkada Bukan Seperti Lomba Agustusan

Selain soal kemajemukan, Jokowi mengingatkan 2018 akan menjadi tahun politik Indonesia. Dia juga mengimbau agar pelaksanaan kampanye di pilkada serentak nanti dapat berjalan dengan baik dan tidak memicu perpecahan. (sng)