Suarapena.com, JAKARTA – Di akhir pekan ini, rupiah berhasil menguat terhadap dolar AS, sejalan dengan antisipasi pasar terhadap potensi penurunan suku bunga kebijakan AS, atau yang dikenal sebagai Fed Funds Rate (FFR).
Pada penutupan perdagangan hari Jumat (19/1/2024), rupiah berhasil naik sebanyak sembilan poin atau 0,05 persen, menjadi Rp15.615 per dolar AS, meningkat dari posisi sebelumnya yaitu Rp15.624 per dolar AS.
Menurut Ariston Tjendra, seorang pengamat pasar uang, “Pelaku pasar mungkin sudah mengantisipasi waktu pemangkasan suku bunga acuan AS.”
Dia menambahkan bahwa pasar juga telah memprediksi bahwa suku bunga acuan AS pada akhirnya akan lebih rendah tahun ini, yang bisa menghambat penguatan dolar AS.
Data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS menunjukkan jumlah klaim sebesar 187 ribu, lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar sebesar 207 ribu.
Ariston berpendapat bahwa hal ini mendukung ekspektasi bahwa pemangkasan suku bunga tidak akan dilakukan secara tergesa-gesa oleh Bank Sentral AS atau The Fed.
Di sisi lain, surplus neraca perdagangan Indonesia terus berlanjut, yang mendukung ketahanan eksternal perekonomian Indonesia.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa surplus neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2023 mencapai 3,31 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada November 2023 sebesar 2,41 miliar dolar AS.
Dengan perkembangan ini, neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Desember 2023 mencatat surplus sebesar 36,93 miliar dolar AS, melanjutkan tren surplus pada periode yang sama tahun 2022 sebesar 54,46 miliar dolar AS.
Sementara itu, Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari Jumat naik ke posisi Rp15.628 per dolar AS, meningkat dari posisi sebelumnya yaitu Rp15.630 per dolar AS. (sng/ant)