Suarapena.com, BEKASI – Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu meneladani Rasulullah SAW dalam membangun sebuah peradaban kota. Keteladanan Rasulullah SAW ia sampaikan dalam khutbah shalat jumat di Masjid Agung Al-Barkah, Kota Bekasi, Jumat (4/8/2023).
Saat bertindak sebagai khatib dalam sholat jumat, Mantan Wakil Wali Kota Bekasi ini menjabarkan empat poin keteladanan Rasulullah SAW, dalam membangun Kota Yatsrib atau sekarang Madinah.
“Sebarluaskan kedamaian dan keselamatan, sehingga tidak ada gejolak atau bahkan sampai chaos,” kata Ahmad Syaikhu, memaparkan keteladanan Rasulullah yang pertama.
Ia menjelaskan, penyebaran kedamaian dan keselamatan tidak saja diserukan kepada umat muslim. Tetapi seruan ini disampaikan kepada seluruh umat manusia.
Meski pada saat itu Rasulullah tengah membangun Kota Yatsrib, tetapi seruan kedamaian disuarakan secara global. Artinya, tidak saja kepada penduduk Kota Yatsrib seruan kedamaian disampaikan.
“Membangun tatanan negeri sulit dilakukan seorang diri, sehingga perlu kolaborasi dan kebersamaan,” tukasnya.
Keteladanan yang kedua adalah memberi makan orang-orang yang kelaparan. Rasulullah, lanjutnya, menyebutkan bahwa orang yang kenyang tetapi membiarkan orang di sekelilingnya kelaparan maka dia bukanlah orang mukmin.
“Kita sebagai mukmin harus memperhatikan sekeliling kita. Jangan sampai ada yang kelaparan,” kata Ustad Syaikhu, sapaan akrabnya.
Selanjutnya yang ketiga, dalam membangun sebuah kota juga harus diperkokoh dengan tali silaturahim. Melalui silaturahim, setiap elemen masyarakat bisa mempersatukan hati dan kompak menuju satu tujuan yang sama.
Lebih dari itu, silaturahim juga sangat disukai oleh Allah SWT. Maka orang yang senang bersilaturahim akan dibukakan pintu rezeki dan dipanjangkan umurnya.
“Tidak ada polarisasi berkepanjangan jika dilakukan silaturahim. Bukan dengan olok-olokan,” jelas Ahmad Syaikhu.
Tiga poin ini dinilai Ustad Syaikhu sebagai pondasi yang penting dalam membangun peradaban sebuah kota. Di sisi lain ia menambahkan satu poin yang harus diingat oleh manusia sebagai hamba.
Sebagai makhluk yang lemah, manusia tidak boleh terlepas dari doa, dan bermunajat kepada Allah SWT. Maka poin keempat yang ia sampaikan adalah mendirikan shalat malam atau qiyamul lail.
“Shalatlah ketika yang lain sedang tidur atau qiyamul lail. Kita hidupkan bermunajat kepada Allah, mengadukan persoalan hidup kita kepada Allah.”
“Tidak ada sulitnya bagi Allah untuk memberikan jalan keluar kepada masalah yang pelik. Kalau Allah menghendaki ‘kun fayakun’ maka terjadilah. Sesulit apapun jangan pernah berputus-asa dari Rahmat Allah,” pungkasnya.
Usai menjadi khatib shalat jumat, Ahmad Syaikhu juga berkesempatan ziarah ke makam pahlawan nasional M. Hasibuan, dan meninjau rumah warga terkait program rutilahu. (sng)