Scroll untuk baca artikel
Kultural

Ako Amoi, Duta Budaya Hakka di Tengah Keragaman Indonesia

×

Ako Amoi, Duta Budaya Hakka di Tengah Keragaman Indonesia

Sebarkan artikel ini

Suarapena.com, BANDUNG – Mungkin anda sudah familiar dengan ajang pemilihan duta wisata dan budaya seperti Mojang Jajaka atau Abang None.

Ternyata, ajang pemilihan duta budaya ini juga diikuti oleh etnis Tionghoa. Namanya adalah Ako Amoi. Mari, kita simak lebih lanjut tentang acara ini!

Advertisement
Scroll ke bawah untuk lihat konten

Seperti namanya, Ako Amoi adalah ajang pemilihan duta budaya Hakka, salah satu suku dari Tionghoa. Suku ini tersebar di 55 kota di Indonesia. Ako untuk pria, amoi untuk wanita.

Ajang ini memiliki kesamaan dengan pemilihan duta di Mojang Jajaka atau Abang None. Ada tahapan seleksi, karantina, sampai penobatan pemenang.

Anda mungkin sudah tahu, ada juga ajang serupa yang populer di kalangan etnis Tionghoa, yaitu Koko-Cici. Perbedaannya, Ako Amoi lebih fokus pada pengetahuan budaya Hakka. Sementara Koko-Cici lebih umum tentang budaya Tionghoa.

Berita Terkait:  Klenteng Boen Tek Bio Jadi Magnet Pengunjung Imlek dari Luar Kota Tangerang

Ajang ini dilaksanakan dari tingkat kota atau regional, kemudian nasional, hingga internasional. Berikut ini adalah rinciannya:

Pemenang dari tingkat regional, akan berkompetisi di tingkat nasional. Kemudian, pemenang di tingkat nasional akan mewakili Indonesia di tingkat internasional.

Yang menarik, di tingkat Internasional, hanya amoi saja yang menjadi perwakilan negaranya.

Ajang ini baru digelar sejak tahun 2016, dan dilanjutkan tahun 2017-2018. Setelah dua edisi, ajang ini terhenti karena pandemi Covid-19.

Humas Kota Bandung berkesempatan untuk ngobrol dengan Panitia dan peserta Ako Amoi Kota Bandung.

Ketua Hakka Ako Amoi Kota Bandung, Dedy Kurniadi mengatakan, ajang ini adalah salah satu cara mencari bakat di kalangan pemuda etnis Tionghoa, khususnya yang berdomisili di Kota Bandung.

“Kami ingin menggairahkan anak-anak muda, mereka butuh satu ajang untuk menunjukkan diri, salah satunya lewat acara Ako Amoi,” kata Dedi.

Berita Terkait:  Menyambut Imlek 2024, Hari Kemenangan dan Kebersamaan Umat Konghucu

Dari dua edisi Ako Amoi yang sudah berlangsung pada 2016 dan 2017-2018, Kota Bandung sudah mengirim satu wakilnya ke tingkat Internasional pada tahun 2018.

Dia adalah Sheilne Yunike. Wanita yang kini berusia 28 tahun itu berhasil meraih juara 3 dalam ajang Ako Amoi di China, 2018 lalu.

Budaya Hakka dan Keragaman Indonesia

Menjadi perwakilan Indonesia dalam ajang ini juga menjadi kebanggaan tersendiri bagi para Amoi. Salah satunya Sheline. Menurutnya, keikutsertaannya dalam acara Ako Amoi 2017-2018 memberikan dampak positif bagi dirinya.

Selain mendapatkan pengalaman, Sheline juga mendapatkan banyak relasi dan teman setelah mengikuti acara ini.

“Relasi, juga pengalaman yang sangat berguna untuk kegiatan kita setelah acara ini,” kata wanita yang sekarang bergerak di bidang bisnis itu.

Berita Terkait:  Destinasi Wisata Imlek 2024 di Indonesia, Dari Singkawang Hingga Selatpanjang

Berkembang sebagai keturunan etnis Tionghoa di Indonesia yang kaya dengan keragaman menjadi satu nilai positif baginya.

Dalam penampilannya di China, ia memperkenalkan keindahan keragaman Indonesia, disertai dengan budaya Hakka yang dipegangnya saat menjalani kehidupan bermasyarakat.

“Secara pribadi, acara ini seperti memotivasi diri saya. Setelah ini saya harus menjadi teladan yang baik, dan merepresentasikan budaya Hakka dalam kehidupan sehari-hari,” katanya.

Ia menekankan nilai-nilai positif yang bisa dipelajari bersama dari budaya Hakka. Antara lain kerja keras, tekun, ulet, rukun dengan keluarga, tetangga, menghormati leluhur dan orang tua.

Perlu anda ketahui, pada edisi 2017-2018, Ako Amoi dari Kota Bandung meraih juara kedua (Ako) dan juara pertama (Amoi).

“Hanya Kota Bandung lho, satu-satunya perwakilan regional yang Ako dan Amoi-nya sama-sama juara di tingkat nasional,” kata Sheline. (ray/sng)