Suarapena.com, MALANG – Misriwati Agustina namanya. Perempuan berusia 57 tahun asal Malang ini memiliki industri usaha anyaman.
Usaha yang dimulai pada tahun 1998 ini sempat mengalami kesulitan dan diambang kebangkrutan akibat kelangkaan dan mahalnya bahan baku rotan alami.
“Saya kesulitan modal, namun ada BRI yang memberikan pinjaman waktu itu sebesar Rp 150 juta karena usaha kita sudah ekspor,” ujar Misriwati.
Melalui CV. Dona Doni Rattan Gallery, pemasaran produk pun terus aktif dilakukan oleh Misriwati dalam workshop dan pameran kerajinan tangan atau craft. Itu semua dilakukan tak hanya di daerah Malang, tapi juga diluar kota seperti Surabaya, Jogja, Solo ataupun Jakarta.
Bahkan, dirinya berhasil mengepakkan penjualannya ke pasar ekspor Singapura, Malaysia, Jepang, Amerika hingga Abu Dhabi.
Setelah menyelesaikan pinjamannya, Misriwati lantas memindahkan pinjamannya ke KUR BRI dengan pinjaman Rp180 juta. “Tujuannya (ya) untuk mempertahankan perusahaan dimana gaji karyawan naik, dan bahan baku juga naik,” ucapnya.
Berkat bantuan dari BRI dengan kemudahan pinjaman, perempuan asal Malang ini lantas bisa terus berusaha melangkah dan yakin bahwa usahanya bisa bangkit kembali.
Sebelum terjun ke dalam bisnis, Misriwati bekerja sebagai perantara bisnis industri anyaman rotan (broker) pada tahun 1992 di perusahaan asal Amerika.
Dia kemudian banting setir dari karyawan kantoran menjadi pengusaha industri anyaman rotan. Dukungan dari suami dan keluarganya serta pengalaman dan keterampilannya membuatnya bertekad dan termotivasi untuk mendirikan industri anyaman rotan sendiri.
“Dona Doni ini sebenarnya berdiri tahun 1998 setelah suami diberhentikan dari perusahaannya waktu krisis moneter. Lalu, saya terinspirasi untuk usaha sendiri. Saya belajar dari perusahaan Amerika karena saya menjadi broker selama 5 tahun, setelah itu saya memulai usaha sendiri,” tutur dia.
Misriwati menceritakan, nama CV. Dona Doni Rattan Gallery berasal dari nama anak bungsunya yang bernama Dona Romadhoni, disingkat menjadi Dona dan Doni.
Awal merintis usaha, ia mengaku mengeluarkan modal Rp15 juta yang digunakan untuk membeli bahan baku eceng gondok dan rotan, serta beberapa alat yang dibutuhkan memproduksi anyaman.
“Modalnya sendiri karena berhenti dari perusahaan dan uang simpanan juga masih banyak Rp15 juta, untuk transportasinya saya kebetulan sudah punya mobil sendiri. Bahan bakunya 1 kuintal, rotannya 1 kuintal,” akunya.
Misriwati pun menunjukkan ketekunan untuk terus berkreasi dan melihat potensi pasar. Dibantu dengan 15 karyawan, industrinya mampu memproduksi berbagai kerajinan anyaman.
Keunggulan dari produk Dona Doni yaitu selalu melayani kebutuhan pelanggan dengan aneka desain produk yang variatif sesuai dengan keinginan pelanggan.
Produk-produk yang dihasilkannya meliputi kerajinan anyaman rotan mulai dari souvenir, furniture, peralatan kebutuhan rumah tangga, desain hiasan cinderamata dari bahan baku seperti serat rotan, mendong, pelepah pisang, eceng gondok, dan rotan sintetis.
Usaha yang dibangun Misriwati saat ini menjadi industry rotan asal Malang yang diperhitungkan di Indonesia yang beralamat di JL. Bulutangkis, RT/RW 005/002, Kelurahan Tasikmadu, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. (Sp/Pr)