Suarapena.com, JAKARTA – Daun kelor (Moringa oleifera) semakin dikenal di Indonesia sebagai tanaman dengan segudang manfaat. Berasal dari kaki gunung Himalaya, tanaman ini telah menyebar luas ke berbagai negara tropis, termasuk Indonesia.
Kini, kelor tak hanya dikenal sebagai bahan makanan sederhana, tetapi juga sebagai sumber, yang bernilai tinggi bagi kesehatan dan ekonomi masyarakat.
Di Indonesia, kelor tumbuh subur di berbagai jenis iklim, dari daerah dengan iklim tropis hingga semi-arid. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai lahan potensial untuk membudidayakan kelor dan menghasilkan varietas unggul.
Tanaman ini tidak hanya mudah dibudidayakan, tetapi juga mengandung banyak nutrisi penting yang dibutuhkan tubuh.
Kandungan gizi daun kelor sangat luar biasa. Vitamin C pada kelor bahkan tujuh kali lebih tinggi dibandingkan jeruk, sementara kalsium dalam daun kelor empat kali lebih banyak daripada susu.
Kelor juga kaya akan vitamin A, yang jumlahnya empat kali lebih tinggi daripada wortel, serta zat besi yang 25 kali lebih banyak dibandingkan bayam.
Ditambah lagi, kelor mengandung senyawa antioksidan seperti flavonoid dan tannin yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh.
Manfaat kelor tidak hanya terbatas pada kesehatan. Masyarakat Indonesia telah memanfaatkan daun kelor untuk berbagai olahan pangan, seperti pudding, cake, nugget, hingga tepung kelor yang bisa dijadikan campuran makanan seperti bolu, serabi, dan brownies.
UMKM Dapur Aru di Kabupaten Kampar bahkan telah memanfaatkan kelor untuk membuat produk olahan seperti abon, cokelat, teh celup, dan sabun. Inovasi ini membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat.
Dukungan dari berbagai pihak, seperti Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Serat Tanaman Hutan (BP2TSTH) dan Corporate Social Responsibility (CSR) PLN Peduli, memperkuat pengembangan budidaya dan pengolahan kelor di Kampar.
Kolaborasi ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi juga membuka peluang ekonomi lebih luas melalui produk olahan yang bernilai tinggi.
Melalui keterlibatan Kelompok Wanita Tani dalam budidaya kelor, perekonomian lokal pun ikut terdongkrak. Produk olahan kelor yang beragam, mulai dari makanan, obat-obatan, hingga produk kecantikan, semakin meningkatkan daya jual dan nilai tambah tanaman ini.
Dengan potensi yang begitu besar, kelor tak hanya menjadi ‘tanaman ajaib’ yang dinobatkan WHO bagi kesehatan, tetapi juga sebagai peluang ekonomi yang menjanjikan bagi masyarakat Indonesia. (sp/eva)