Suarapena.com, JAKARTA – PT Kereta Api Indonesia (Persero) mencatat lonjakan signifikan dalam jumlah penumpang Kereta Panoramic pada kuartal pertama tahun 2025.
Sejak diluncurkan perdana pada Desember 2022, tren positif terus berlanjut. Hingga Maret 2025, sebanyak 24.968 penumpang telah menikmati perjalanan dengan kereta berjendela panorama ini—naik 40% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Direktur Utama KAI, Didiek Hartantyo, mengungkapkan kenaikan ini sejalan dengan strategi KAI yang secara rutin merangkaikan Kereta Panoramic dengan rute-rute yang melintasi kawasan indah seperti Purwakarta hingga Banjar.
Salah satu favorit penumpang adalah rute Gambir–Garut yang menyuguhkan pemandangan spektakuler, seperti jembatan Cisomang dan terowongan Sasaksaat yang bersejarah, serta lanskap pegunungan dan persawahan yang menyejukkan mata.
“KAI menyadari bahwa bentang alam Indonesia memiliki pesona luar biasa. Kereta Panoramic kami hadir untuk memberikan pengalaman yang lebih imersif dan nyaman dalam menikmati keindahan ini,” ujar Didiek, Rabu (7/5/2025).
Kereta Panoramic dikelola oleh anak usaha KAI, yaitu KAI Wisata, dan kini dirangkaikan secara reguler dengan sejumlah kereta seperti Argo Wilis, Turangga, Parahyangan, Pangandaran, dan Papandayan. Tiket dapat dipesan melalui aplikasi Access by KAI atau dengan sistem sewa untuk keperluan khusus.
Sejak debutnya pada KA Taksaka Tambahan (Gambir–Yogyakarta) di Desember 2022 yang langsung menarik 911 penumpang hanya dalam sepekan, popularitas Kereta Panoramic terus melesat. Di tahun 2023, tercatat 31.699 penumpang, dan pada 2024 melonjak drastis menjadi 107.119 penumpang—tumbuh 238% dari tahun sebelumnya.
Jalur Priangan menjadi salah satu rute unggulan. Di sekitar Stasiun Leles, Garut, penumpang disuguhi panorama Gunung Guntur, Mandalawangi, hingga Cikuray. Jalur berkelok dan berbukit ini menjadi favorit bagi pecinta alam dan fotografi.
Vice President Public Relations KAI, Anne Purba, mengatakan bahwa jalur Bandung–Gambir dijuluki ‘Parahyangan’ karena pesonanya yang luar biasa.
“Bentang alamnya sungguh memanjakan mata. Ini juga yang menjadi inspirasi penamaan KA Parahyangan,” jelasnya.
Tak hanya di Pulau Jawa, Kereta Panoramic juga mendapatkan sambutan hangat di ujicoba pada rute KA Mutiara Timur Tambahan (Surabaya–Ketapang). Penumpang dimanjakan pemandangan Gunung Argopuro, Raung, hingga Ijen yang menakjubkan.
Keunggulan Kereta Panoramic terletak pada desainnya yang futuristik—dengan jendela kaca superlebar dan sunroof yang bisa dibuka, penumpang mendapatkan sensasi 360 derajat panorama alam. Meski begitu, kenyamanan tetap dijaga berkat kaca penahan panas dan sistem pendingin udara canggih.
Kehadiran Kereta Panoramic membuktikan bahwa moda transportasi kereta api kini tak lagi sekadar alat perjalanan, tetapi telah berevolusi menjadi destinasi wisata tersendiri.
“Kepercayaan masyarakat menjadi semangat bagi kami untuk terus berinovasi, menghadirkan perjalanan yang tidak hanya cepat dan aman, tetapi juga indah dan berkesan,” tutup Anne. (sp/pr)