SUARAPENA.COM – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan di tahun 2021 pemerintah yakin perekonomian Indonesia akan dapat tumbuh dan penyebaran Covid-19 akan dapat ditekan.
Hal itu diungkapkan Airlangga dalam Dialog Spesial Indonesia Bicara ‘Membangkitkan Potensi UMKM’ secara virtual, di Jakarta, Kamis (1/4/2021) kemarin.
Ia mengklaim bahwa penanganan pandemi di Indonesia terus membaik setelah penerapan PPKM Mikro di 15 provinsi dan pelaksanaan program vaksinasi.
Hal itu tercermin dari tingkat kesembuhan dan kasus aktif yang lebih baik dibandingkan angka global.
Ia juga mengatakan telah terjadi tren penurunan persentase kasus aktif dan tingkat kematian, serta tren kenaikan persentase kesembuhan.
“Jika kondisi dari sisi kesehatan menuju ke arah lebih baik, tentunya dari sisi ekonomi pun sudah memperlihatkan tanda-tanda pemulihan,” ujarnya.
Berdasarkan beberapa lembaga internasional, seperti Bank Dunia, OECD, ADB dan IMF memproyeksikan pertumbuhan Indonesia berada pada kisaran 4,4%-4,9% di 2021 dan 4,8%-6,0% di 2022.
Proyeksi ini sejalan dengan optimisme Pemerintah Indonesia yang memperkirakan perekonomian nasional tumbuh pada kisaran 4,5%-5,3% di 2021.
Airlangga terus berupaya mendorong dukungan melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) untuk memperkuat sisi daya beli (demand) dan produksi (supply).
Alokasi anggaran Program PEN di 2021 sebesar Rp699,43 triliun. Jumlah ini meningkat dibandingkan realiasi PEN di tahun lalu yang sebesar Rp579,78 triliun.
Khusus untuk dukungan terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), kata Airlangga, telah dialokasikan anggaran PEN sebesar Rp184,83 triliun.
Disamping itu, anggaran untuk dukungan UMKM dan pembiayaan Korporasi diberikan melalui enam stimulus, seperti subsidi bunga UMKM, bantuan produktif usaha mikro, subsidi imbal jasa penjamin (IJP), penempatan dana pada bank umum, insentif pajak, dan restrukturisasi kredit.
“Pemerintah terus memberikan prioritas kepada pemulihan UMKM karena perannya yang strategis bagi perekonomian nasional. UMKM berkontribusi 61,1% terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan menyerap 97% dari total angkatan kerja (116,9 juta tenaga kerja),” jelasnya.
Jika dilihat dari dampak pandemi Covid-19, Airlangga mengakui memang sebagian para pelaku UMKM menghadapi permasalahan.
Hal itu dapat dilihat berdasarkan survei Kementerian Koperasi dan UKM kepada 195.099 UMKM.
Ditemukan sekitar 23,10% UMKM mengalami penurunan omzet usaha, 19,50% UMKM terhambat distribusi, dan 19,45% UMKM mengalami kendala permodalan.
Hal senada juga ditunjukan oleh hasil survei ADB. Sebesar 30,5% UMKM di Indonesia menghadapi penurunan permintaan domestik dan sebanyak 48,6% UMKM tutup sementara.
“Salah satu langkah pemerintah membangkitkan kembali aktivitas ekonomi UMKM adalah dengan stimulus modal kerja melalui KUR dengan suku bunga murah dan tanpa agunan tambahan,” tuturnya.
Airlangga menyebut dalam masa pandemi dari tahun lalu, nasabah UMKM yang menerima KUR diberikan tambahan subsidi bunga sebesar 6%, sehingga pada April-Desember 2020, suku bunganya menjadi 0%.
Selain itu, ia juga sudah membentuk skema KUR Super Mikro yang ditujukan untuk pekerja yang terkena PHK dan ibu rumah tangga yang berusaha dengan skala mikro.
Sementara, pemerintah ditahun 2021 juga telah menetapkan perpanjangan pemberian tambahan subsidi bunga sebesar 3%, penundaan angsuran pokok, dan relaksasi kebijakan KUR berupa perpanjangan jangka waktu serta penambahan plafon KUR menjadi sebesar Rp253 triliun.
“Pemerintah membutuhkan kerja sama dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk dari masyarakat dan pelaku UMKM untuk memastikan seluruh kebijakan dapat terlaksana dengan baik.
Sehingga, aktivitas usaha UMKM semakin menguat dan berpeluang untuk membangkitkan pertumbuhan ekonomi nasional,” ungkapnya. (Bo)