Suarapena.com, ISTANBUL – Sebuah gunung es raksasa, A23a, yang tercatat sebagai yang terbesar di dunia, kini tengah bergerak dari Antartika menuju Georgia Selatan, sebuah pulau terpencil di Samudra Atlantik yang dikenal dengan keanekaragaman satwa liar yang luar biasa.
Dengan jarak hanya 173 mil (280 km) dari pulau tersebut, A23a berisiko untuk terpecah dan kandas, membawa dampak besar bagi penguin dan anjing laut yang mengandalkan kawasan tersebut sebagai tempat makan.
“Gunung es ini pada dasarnya sangat berbahaya. Saya berharap gunung es ini tidak benar-benar terjebak di sini,” ujar Kapten Laut Simon Wallace dari kapal pemerintah Georgia Selatan, Pharos, dalam wawancara dengan BBC News.
Pergerakan gunung es ini kini tengah dipantau dengan seksama oleh ilmuwan, pelaut, dan nelayan di seluruh dunia melalui citra satelit.
Menurut para ahli, A23a yang besar ini dapat terpecah kapan saja, berpotensi meninggalkan potongan-potongan es yang menghalangi perairan sekitar Georgia Selatan.
“Karena Georgia Selatan terletak di jalur gunung es, dampaknya terhadap perikanan dan satwa liar bisa sangat signifikan,” jelas ahli ekologi kelautan Mark Belchier.
Meski begitu, ia menyebut ekosistem lokal memiliki kemampuan beradaptasi terhadap ancaman tersebut.
Namun, ancaman tersebut tidak hanya bersifat sementara. Massa es yang mengapung dapat bertahan di sekitar Georgia Selatan selama bertahun-tahun, memberikan dampak jangka panjang terhadap ekosistem dan satwa liar.
Georgia Selatan sendiri sudah pernah menghadapi ancaman serupa sebelumnya. Pada 2004, gunung es A38 yang kandas menghalangi akses makan penguin dan anjing laut, menyebabkan kematian anak-anak satwa tersebut.
Belum lama ini, pada 2023, gunung es A76 hampir terdampar di sekitar pulau tersebut, menyisakan bongkahan besar yang tersebar di perairan. “Bongkahan es tersebut terlihat seperti kota es di cakrawala,” kenang Belchier.
Pada saat yang sama, tim dari British Antarctic Survey melakukan penelitian dengan mengambil sampel air yang hanya berjarak 400 meter dari tebing gunung es tersebut.
“Air ini bukan air biasa. Penuh dengan nutrisi, bahan kimia, dan organisme kecil seperti fitoplankton yang terperangkap di dalamnya,” kata peneliti PhD Laura Taylor.
Ketika gunung es ini mencair, unsur-unsur tersebut akan terlepas ke laut, mengubah komposisi kimia air di sekitarnya. Meskipun pembentukan A23a terjadi sebelum dampak perubahan iklim yang lebih besar, kehadirannya semakin menyoroti ketidakstabilan Antartika yang terus meningkat akibat pemanasan lautan dan suhu udara yang tinggi.
Saat ini, A23a yang sangat besar diperkirakan akan terus mendekat ke Georgia Selatan, mengancam ekosistem lokal dan jalur navigasi di wilayah tersebut. Keberadaan gunung es ini menjadi pengingat akan tantangan besar yang dihadapi dunia dalam menghadapi dampak perubahan iklim yang semakin nyata. (sp/at)