Suarapena.com, NUSA DUA – Dalam acara World Hydropower Congress (WHC) 2023 yang berlangsung di Nusa Dua Bali pada Selasa (31/10), Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo menyempatkan diri untuk mengunjungi booth PT PLN (Persero). Di sana, Presiden mendengarkan paparan dari Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo tentang rencana perseroan dalam mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA/ Hydropower) di tanah air.
Darmawan menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan air sebagai sumber energi listrik. “Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki berbagai macam sumber energi baru terbarukan. Salah satunya adalah air, yang memiliki potensi mencapai 95 GW, tetapi baru dimanfaatkan sekitar 5,8 GW,” ujarnya.
Namun, Darmawan mengakui bahwa ada beberapa kendala dalam mengembangkan hydropower di Indonesia, seperti lokasi sumber air yang terletak di daerah terpencil dan jauh dari pusat kebutuhan listrik. Untuk itu, PLN bersama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sedang menyusun strategi Accelerated Renewable Energy Development (ARED) yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan hingga 75% pada tahun 2040.
“Dengan strategi ARED ini, kita bisa meningkatkan pemanfaatan air sebagai sumber energi listrik menjadi 25,3 GW pada tahun 2040 atau naik sebesar 185 % dibandingkan dengan skenario Business as Usual (BaU),” kata Darmawan.
Presiden Joko Widodo menyambut baik paparan dari PLN tersebut. Ia mengatakan bahwa pemanasan global merupakan ancaman serius bagi seluruh dunia. Oleh karena itu, Indonesia berkomitmen untuk mempercepat transisi energi, dengan menambah Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dalam skala besar.
Presiden mencontohkan bahwa Indonesia memiliki potensi EBT sebesar 3.600 Gigawatt (GW), yang berasal dari matahari, angin, panas bumi, ombak, bio energi dan hydropower. Khusus untuk hydro, Indonesia memiliki lebih dari 4.400 sungai yang potensial, di mana 128 di antaranya adalah sungai besar.
“Seperti sungai Mamberamo yang memiliki potensi 24 ribu Megawatt (MW) di Papua. Lalu Sungai Kayan di Kalimantan Utara yang memiliki potensi 13 ribu MW yang nanti akan digunakan sebagai sumber listrik untuk Green Industrial Park di Kalimantan. Ini adalah potensi besar yang harus kita manfaatkan untuk masa depan bumi dan masa depan generasi kita,” tuturnya.
Namun demikian, Presiden juga menyadari bahwa ada beberapa tantangan yang harus dihadapi untuk mengembangkan potensi hydropower tersebut, salah satunya adalah masalah investasi dan transfer teknologi. “Ini memerlukan investasi yang besar dan memerlukan kerjasama dengan seluruh pemangku kepentingan hidro di dunia,” tambah Presiden. (sng/pr)