“Mungkin agak rancu kalimat tagline acara malam puisi Bekasi bulan Juli ini, tujuannya sih bukan ingin membuat kalimat yang membingungkan, tapi agar yang baca flyernya jadi penasaran dan ingin ikut serta puisian disana,” kata Daud Zakaria, pegiat Malam Puisi Bekasi, Sabtu (22/7/2017).
Intinya, kata dia, mungkin di dunia ini begitu banyak perayaan yang dirayakan, baik itu perayaan waktu seperti tahunan, bulanan, atau juga perayaan momentum seperti hari kemerdekaan, hari ibu, hari buku sedunia, dan sebagainya.
Dengan kesibukan banyak orang dengan perayaan besar, tidak sedikit yang justru tidak tahu untuk apa merayakan perayaan tersebut.
“Untuk apa kita merayakannya, dan lupa berbagai hal-hal kecil di hidup kita, yang mungkin sederhana tapi paling berarti bagi kita dan kita melupakannya,” ujarnya.
Dia menambahkan, seperti perayaan ulang tahun sewaktu masih kanak-kanak dulu, perayaan cinta monyet pertama, atau perayaan yang bahkan banyak orang malu atau ragu mengapresiasikannya.
“Bukankah yang sederhana itu yang paling menentramkan?” tukasnya.
Zak, sapaan akrab Daud menambahkan, dalam sajak yang ditulis Joko Pinurbo, yaitu surat kopi pada buku puisi surat kopi, dia menuliskan, “Kurang atau lebih, setiap rezeki perlu dirayakan dengan secangkir kopi”. Menurutnya, ini sebuah sajak sederhana, namun intinya sangat bermakna. Apapun peristiwa di kehidupan kita adalah rezeki dan patut dirayakan dengan apapun, meski sederhana pula.
Pada Malam Puisi Bekasi malam ini, dia ingin semuanya hadir untuk bisa merayakan apapun di kehidupan dan berbagi bersama meski sederhana.
“Namun bukan berarti acara ini untuk hal sederhana saja. di bulan ini, malam puisi juga ingin andil dalam menyemarakkan Hari Puisi Indonesia 2017 yang akan diselenggarakan oleh Yayasan Hari Puisi. Meski sederhana, kita berharap setidaknya turut ikut serta meningkatkan literasi dan kesusastraan Indonesia,” tutup Zak. (sng)