Suarapena.com, JAKARTA – Di tengah gejolak ekonomi global, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) terus mengalami tekanan, tercatat melemah hingga level Rp16.200 per USD. Situasi ini memicu respons dari Anggota Komisi XI DPR RI, Marinus Gea, yang menekankan pentingnya pengelolaan anggaran negara yang lebih berfokus pada prioritas utama.
Dalam kunjungan kerjanya di Surabaya, Jawa Timur, Marinus mengungkapkan, “Kita harus mengambil langkah-langkah hemat di dalam negeri. Hindari pengeluaran yang tidak esensial untuk menjaga stabilitas ekonomi.”
Ia menambahkan bahwa pemerintah perlu memilah pos-pos anggaran yang dapat dipangkas tanpa mengurangi efektivitas layanan publik.
Marinus juga menyoroti pentingnya peningkatan daya beli masyarakat sebagai salah satu kunci pemulihan ekonomi.
“Pemerintah harus berperan aktif dalam mengatur daya beli, agar sejalan dengan upaya penghematan dan stabilisasi nilai tukar rupiah,” ujar Marinus Gea, Kamis (2/5/2024).
Di sisi lain, Bank Indonesia telah mengambil langkah proaktif dengan menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 6,25%. Langkah ini dilihat Marinus sebagai strategi jangka pendek dan menengah untuk merespons lonjakan nilai tukar USD.
Lebih lanjut, Marinus mendesak pemerintah untuk berkontribusi dalam menciptakan stabilitas global melalui forum internasional.
“Konflik regional, seperti yang terjadi di Timur Tengah dan konflik berkepanjangan antara Rusia-Ukraina, berdampak signifikan terhadap ekonomi kita,” tuturnya.
Politisi fraksi PDI-Perjuangan ini juga menekankan pentingnya diplomasi dalam mengadvokasi perdamaian.
“Situasi saat ini tidak boleh dibiarkan. Pelemahan kurs berpotensi menimbulkan inflasi tinggi dan melemahkan ekonomi, yang tidak hanya berdampak pada investor dan pengusaha, tetapi juga pada seluruh lapisan masyarakat,” pungkasnya.
Dengan langkah-langkah yang diambil baik di dalam maupun luar negeri, Indonesia berupaya keras untuk menjaga kestabilan ekonominya di tengah tantangan global yang semakin meningkat. (r5/aha)