Scroll untuk baca artikel
KulturalSejarah

Perbandingan Merayakan Tahun Baru Hijriyah dan Tahun Baru Masehi, Bagaimana Pandangan Islam?

×

Perbandingan Merayakan Tahun Baru Hijriyah dan Tahun Baru Masehi, Bagaimana Pandangan Islam?

Sebarkan artikel ini

Suarapena.com, JAKARTA – Tahun baru adalah momen yang dirayakan oleh banyak orang di seluruh dunia. Namun, ada perbedaan antara tahun baru Hijriyah dan tahun baru Masehi, baik dari segi waktu, sejarah, maupun pandangan Islam. Artikel ini akan membahas perbandingan antara kedua jenis tahun baru tersebut.

Tahun Baru Hijriyah

Advertisement
Scroll ke bawah untuk lihat konten

Tahun baru Hijriyah adalah peringatan pergantian tahun yang didasarkan pada sistem penanggalan dalam kalender Hijriah atau kalender yang digunakan umat Islam. Awal tahun baru Hijriyah diperingati pada tanggal 1 Muharram, atau awal bulan dalam kalender Hijriah.

Tahun baru Hijriyah memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Kota Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi. Hijrah ini merupakan momen transformasi dakwah Islam besar-besaran dan menjadi penanda awal tahun baru Islam.

Berita Terkait:  Mamah Dedeh Meriahkan Pekan Isra Mikraj di Masjid Agung Al-Ittihad

Dari sudut pandang Islam, tahun baru Hijriyah adalah kesempatan untuk merenungkan kembali perjalanan hidup, mengintrospeksi diri, memperbaiki kesalahan, dan meningkatkan kualitas ibadah. Tidak ada perayaan khusus yang dilakukan oleh umat Islam pada tahun baru Hijriyah, kecuali melakukan hal-hal yang bermanfaat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT⁷.

Tahun Baru Masehi

Tahun baru Masehi adalah peringatan pergantian tahun yang didasarkan pada sistem penanggalan dalam kalender Masehi atau kalender yang biasa dipakai saat ini. Awal tahun baru Masehi ditandai pada tanggal 1 Januari.

Berita Terkait:  Pangestu Calligraphy: Layanan Kaligrafi Unggulan di Kota Tangerang

Tahun baru Masehi memiliki sejarah yang berasal dari peradaban Romawi kuno. Mereka merayakan tahun baru pada tanggal 1 Januari sebagai penghormatan kepada dewa Janus, dewa gerbang, pintu, dan permulaan. Dewa Janus memiliki dua wajah, satu menatap ke depan dan satu menatap ke belakang, sebagai simbol masa depan dan masa lalu.

Dari sudut pandang Islam, tahun baru Masehi tidak memiliki dasar syariat dan tidak ada kaitannya dengan ajaran Islam. Perayaan tahun baru Masehi juga sering disertai dengan berbagai macam perbuatan maksiat, seperti minum-minuman keras, berjudi, berzina, dan lain-lain. Oleh karena itu, umat Islam dilarang untuk ikut serta dalam perayaan tahun baru Masehi atau meniru kebiasaan orang kafir.

Berita Terkait:  Maulid Nabi bersama Habib Luthfi dan GIBAS Kota Bekasi, Ribuan Umat Islam Bersatu Padu

Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tahun baru Hijriyah dan tahun baru Masehi memiliki perbedaan yang cukup signifikan, baik dari segi waktu, sejarah, maupun pandangan Islam. Tahun baru Hijriyah adalah momen yang lebih bermakna bagi umat Islam, karena berkaitan dengan hijrahnya Nabi Muhammad SAW dan menjadi kesempatan untuk memperbaiki diri.

Sedangkan tahun baru Masehi adalah momen yang tidak relevan bagi umat Islam, karena berasal dari ritual keagamaan orang kafir dan berpotensi menjerumuskan ke dalam kemaksiatan. Oleh karena itu, umat Islam sebaiknya tidak terpengaruh oleh perayaan tahun baru Masehi dan tetap menjaga identitas dan akidahnya sebagai muslim. (*)