Scroll untuk baca artikel
HeadlineKultural

Peringati Tahun Baru Saka 1951, Penganut Kepercayaan Perjalanan Helat Sedekah Bumi

×

Peringati Tahun Baru Saka 1951, Penganut Kepercayaan Perjalanan Helat Sedekah Bumi

Sebarkan artikel ini
sesajen - sedekah bumi
Sejumlah buah-buahan yang disiapkan untuk acara perebutan sedekah bumi ditata rapi di depan panggung wayang golek. Foto: Dyone-Soe / Suarapena.com

SUARAPENA.COM – Memperingati tahun baru Saka 1951, 1 Sura, komunitas penganut kepercayaan perjalanan menghelat sedekah bumi. Acara ini dilaksanakan di Kampung Babakan RT 02/04, Kelurahan Mustikasari, Mustikajaya, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (20/10/2017).

Dengan tetap memegang teguh landasan dan nilai Pancasila dan UUD 1945, acara adat ini berlangsung meriah. Sedekah bumi menjadi salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia yang diwariskan secara turun temurun.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk lihat konten

“Sedekah bumi atau sasajen itu sastrajendra hayuningrat melambangkan kesuburan tanah pertiwi Indonesia. Jadi kita bertani menanam padi atau palawija dan memiliki hasil bumi kemudian bersyukur dengan sedekah untuk orang lain,” kata Nurjan, pemuka penghayat Kota Bekasi.

Dia menjelaskan, ritual pihaknya sebagai penghayat atau penganut kepercayaan perjalanan tidak dilakukan untuk orang yang sudah tiada. Sedekah bumi dilakukan sebagai rasa syukur dengan berbagi kepada orang lain.

“Ritual kita ini bukan diberikan untuk leluhur, bukan untuk arwah atau orang yang sudah tiada, tetapi untuk orang yang hidup,” jelasnya.

Sebagai pemuka penghayat, pria yang akrab disapa Inoy ini menegaskan, warisan leluhur melakukan sedekah bumi memang dari karuhun sudah dilakukan untuk masyarakat.

Sama halnya dengan sedekah bumi di Mustikajaya ini, orang yang ingin berebut sesajen pun tidak hanya dari warga penghayat.

“Bukan untuk memanggil roh atau memanggil leluhur. Jadi yang aslinya itu barang dunia ini untuk orang hidup yang ada di alam dunia. Untuk karuhun kita doakan,” paparnya.

sesajen - sedekah bumi
Seorang kakek warga penghayat sedang memetik buah pisang dalam kegiatan sedekah bumi di Mustikajaya, Kota Bekasi, Jumat (20/10/2017) malam. Foto: Adien / Suarapena.com

Memaknai tahun baru Saka, lanjut Inoy, menjadi bahan instropeksi diri untuk menjadi lebih baik tahun ini dari tahun sebelumnya. Kegiatan sedekah bumi atau pun gerebek sura dilakukan secara rutin sebagai bentuk syukur.

Tahun baru Saka 1951 dicatat sebagai Candra Sangkala, Manunggaling Pakarti Marganing Rahayu. Artinya, dengan ucap tekad danlangkah maka harapan untuk tahun ini segala cita-cita akan terlaksana.

“Tahun baru Saka ini bukan hanay milik orang penghayat atau perjalanan, tetapi milik bangsa Indonesia, jadi kalalu bukan kita yang merayakan siapa lagi,” sambungnya.

Dalam acara malam sedekah bumi ini, warga penghayat melakukan perebutan sesajen yang berisi berbagai macam hasil bumi. Didominasi aneka buah-buahan hasil tanam mereka, dalam sesajen tersebut juga terdapat air kembang, kopi, garam, hingga telur.

Setelah acara perebutan sesajen selesai, acara kemudian dilanjutkan dengan acara wayang golek semalam suntuk. (sng)