Suarapena.com, JAKARTA – Indonesia memiliki keberagaman suku yang luar biasa, yang tersebar di berbagai pulau. Hal ini mencerminkan keragaman budaya yang khas dan menarik dari setiap daerah.
Budaya tidak hanya terlihat dari pakaian adat dan tari-tarian, tetapi juga dari kerajinan tangan atau produk kriya yang memiliki nilai seni tinggi. Salah satu contoh produk kriya yang menarik perhatian adalah tas-tas etnik khas Indonesia.
Tas etnik merupakan kerajinan tangan yang menjadi identitas suatu daerah. Tas ini dibuat dengan bahan-bahan alami dan proses pembuatan yang tradisional, sesuai dengan kearifan lokal masyarakat setempat.
Tas etnik juga memiliki fungsi praktis, yaitu untuk membawa barang-barang sehari-hari, seperti makanan, pakaian, atau peralatan. Selain itu, tas etnik juga memiliki nilai estetika, yaitu dengan desain dan motif yang unik dan indah.
Berikut ini adalah beberapa tas etnik asli Indonesia dari berbagai daerah, yang menunjukkan kekayaan budaya yang menawan:
Noken. Tas ini berasal dari Papua, dan terbuat dari serat kulit kayu pohon manduam dan pohon nawa. Tas ini memiliki bentuk berlubang-lubang dan tekstur yang lentur. Cara menggunakannya adalah dengan disangkutkan ke dahi atau kepala. Noken dipercaya melambangkan kehidupan yang baik, kesuburan, dan perdamaian bagi masyarakat Papua. Karena keunikannya, noken masuk dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda UNESCO.
Anjat. Tas ini berasal dari Kalimantan Timur, dan dibuat oleh Suku Dayak Kenyah dari kulit rotan berbentuk tabung. Tas ini memiliki bentuk seperti tabung yang bercelah-celah, dengan tinggi sekitar 70 cm, dan garis lingkaran sekitar 50 cm. Anjat digunakan oleh para pria Dayak untuk berburu, dan oleh para wanita Dayak untuk berkebun. Tas ini juga memiliki motif khas Suku Dayak yang indah.
Koja. Tas ini berasal dari Suku Baduy, dan terbuat dari kulit pohon teureup yang dikeringkan, kemudian dibelah kecil-kecil, dan dirajut hingga berbentuk tas. Koja sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Baduy. Tas ini digunakan untuk berladang, bercocok tanam, dan menangkap ikan. Koja memiliki warna cokelat kehitaman menyerupai kulit kayu, dan akan membusuk secara alami ketika sudah tidak terpakai.
Tas tenun. Tas ini berasal dari Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT), dan terbuat dari kain tenun yang dihias dengan rumbai-rumbai di bagian bawah. Tas ini memiliki berbagai motif unik, seperti burung, subahnale, enggok, merak, hingga wayang. Tas tenun sangat populer sebagai oleh-oleh atau cendera mata, bahkan sampai ke luar negeri.
Tas rotan. Tas ini berasal dari Bali, dan terbuat dari rotan yang dibentuk menjadi bulat seperti roda, dengan berbagai motif yang unik. Tas rotan juga sangat populer sebagai oleh-oleh atau cendera mata, karena memiliki bentuk yang lucu dan menarik.
Sepu. Tas etnik asli nusantara berikutnya adalah sepu. Berasal dari Toraja, Sulawesi Selatan, tas selempang ini terbuat dari pa’tannun, atau kain tenun yang dibuat sendiri oleh masyarakat Toraja selama seminggu dengan alat tenun.
Oleh masyarakat Toraja, tas etnik sepu biasa dipasangkan dengan baju adat. Khususnya bagi para perempuan Toraja saat mengikuti pesta adat Rambu Tuka (perkawinan), Marara Banua (syukuran rumah), dan Rambu Solo (upacara kematian).
Tas manik-manik. Tas manik-manik khas Suku Dayak juga termasuk tas etnik asli Indonesia yang menarik untuk dimiliki. Produk kriya ini terbuat dari manik-manik dengan motif khas Dayak. Menariknya, motif manik-manik di dalam tas etnik ini bukan sekadar hiasan.
Masyarakat Dayak percaya, jika manik-manik memiliki nilai magis tersendiri, yakni menolak bala maupun memberi semangat hidup bagi masyarakat. Kita bisa menemukan tas manik khas Dayak di Palangkaraya, Kalimantan Selatan.
Demikianlah beberapa tas etnik asli Indonesia yang menunjukkan kekayaan budaya yang menawan. (sp/prk)