Suarapena.com, BEKASI – Anggota Komisi IV DPRD Kota Bekasi, Achmad Rivai, menggagas langkah strategis untuk meningkatkan literasi di tingkat paling dasar, yakni Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW).
Langkah ini sebagai respons terhadap data memprihatinkan dari UNESCO yang menunjukkan rendahnya tingkat literasi di Indonesia.
Menurut Rivai, peningkatan literasi bukan hanya tugas sekolah dan pemerintah semata, melainkan juga membutuhkan keterlibatan aktif masyarakat, mulai dari tingkat RT/RW dan seluruh stakeholder.
“Literasi harus menjadi budaya yang dimulai dari lingkungan terdekat kita. Untuk itu, kami perlu melibatkan warga sejak dini,” ujar Rivai usai menggelar jaring aspirasi di Kelurahan Jatimakmur, Pondokgede, pada Jumat (25/4/2025).
Rivai mengusulkan berbagai inisiatif menarik, seperti pendirian perpustakaan mini, kegiatan bedah buku, serta pelatihan keterampilan baca-tulis di tingkat RT/RW.
Langkah-langkah ini, menurutnya, dapat merangsang minat baca, khususnya di kalangan anak-anak dan remaja. Dengan pendekatan yang menyeluruh, Rivai yakin inisiatif ini akan mempercepat perubahan budaya baca di Kota Bekasi.
Lebih lanjut, data UNESCO menunjukkan Indonesia berada di peringkat bawah dalam indeks literasi global, dengan rata-rata waktu membaca hanya 1 jam 30 menit per hari.
Negara ini juga tercatat hanya memiliki 0,001% penduduk yang aktif membaca—dalam artian, dari setiap 1.000 orang, hanya satu yang memiliki kebiasaan membaca.
Ironisnya, Indonesia unggul dalam hal infrastruktur literasi dibandingkan beberapa negara Eropa, namun tertinggal dalam minat baca masyarakat.
Rivai menekankan, perubahan ini memerlukan kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan relawan.
“Literasi adalah pondasi utama untuk kemajuan bangsa, khususnya di Kota Bekasi, dan kami berkomitmen untuk terus mendorong gerakan ini,” tegasnya.
Dengan adanya dorongan inisiatif ini, diharapkan Kota Bekasi bisa menjadi contoh bagi daerah lainnya dalam mengembangkan budaya membaca yang kuat dan berkelanjutan. (sp/pkt)