Scroll untuk baca artikel
Kultural

Goyang Bulok, Lebaran Teater yang Mengajak Penonton Dekat dengan Gunungan Sampah

×

Goyang Bulok, Lebaran Teater yang Mengajak Penonton Dekat dengan Gunungan Sampah

Sebarkan artikel ini

Suarapena.com, BEKASI – Dalam rangkaian acara 50 tahun Festival Teater Jakarta (FTJ) Dewan Kesenian Jakarta menyelenggarakan Lebaran teater bersama Dinas Kebudayaan dan beberapa pihak terkait di TPST Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa (28/11/2023).

Pimpinan produksi, sekaligus aktor performa, Suwarni, menjelaskan bahwa pertunjukan yang bertajuk Goyang Bulok yang disutradarai oleh Dendi Madiya ini menghadirkan gunungan sampah (bulok) sebagai lanskap spesifik Bantargebang, Bekasi.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk lihat konten

Tak sekadar menjadi pembuangan akhir dari Jakarta dan Bekasi, gunungan sampah Bantargebang dalam konsep yang disuguhkan sutradara, juga memengaruhi situs lain di sekitarnya yang diterjemahkan pada pertunjukan ini dalam sebuah koreografi spasial.

Berita Terkait:  Kontrak Kerjasama TPST Bantargebang Diperpanjang, Gubernur Jakarta dan Walikota Bekasi Bertemu

“Goyang Bulok mengajak penonton sedekat mungkin dengan gunungan sampah agar merasakan situasi konfrontatif; antara kreator sampah yang super produktif dengan obyek yang diproduksinya,” jelas Suwarni.

Melalui perjalanan berkeliling, obrolan, koreografi, bebunyian dan video, pertunjukan ini mengekspresikan dinamika hidup terdampak gunungan sampah; mulai dari sisi sejarah, mitos, ekonomi, budaya, lingkungan hingga perubahan iklim.

Suwarni, menambahkan bahwa sutradara Dendi ingin menghadirkan bulok, sebagai lanskap spesifik Bantargebang, untuk menyadarkan penonton bahwa TPST tidak hanya sekadar tempat pembuangan sampah.

“Tetapi juga mempengaruhi situs lain di sekitarnya, seperti lingkungan dan masyarakat. Melalui koreografi, sutradara mengekspresikan sejarah, mitos, bisnis, budaya dan lingkungan yang terkait dengan gunungan sampah. Ini juga dalam rangka memperingati 50 tahun Festival Teater Jakarta,” jelasnya.

Berita Terkait:  DPRD Kota Bekasi Minta DKI Jakarta Serius Tangani Kebakaran Zona 2 TPST Bantargebang

Pertunjukan ini dimulai dengan registrasi di Warung Makan Mak Dasri, kemudian penonton menghadap bulok di depan bulok Kampung Ciketing. Selanjutnya, penonton diajak naik odong-odong untuk berkeliling di area Bantargebang, Cikiwul dan Sumur Batu.

Di setiap lokasi, penonton disuguhi talkshow dan performance yang menggali berbagai aspek terkait gunungan sampah. Salah satu lokasi talkshow di Aula Kelurahan Ciketing Udik dihadiri narasumber Lurah Ciketing Udik Usep Sudarma Wijaya, Ketua LPM Ciketing Udik Salim Samsudin dan Ketua RW 03 Ateng Parman.

Berita Terkait:  DPRD Kota Bekasi Minta Pemprov DKI Cari Lahan Penampungan Sampah Lain, Jika...

Mereka menyambut rombongan “Goyang Bulok ulok” dengan baik dan melakukan dialog tentang harapan perkembangan kesenian khususnya di wilayah Ciketing Udik. Usai ishoma (istirahat, sholat, makan) talkshow dan pementasan masih berlanjut hingga selesai pada pukul 21.30 WIB.

Menurut Suwarni, pihaknya telah menyelenggarakan berbagai macam kegiatan berkaitan dengan TPST Bantargebang. Riset Panjang bahkan telah dilakukan sejak 2014 silam. Dalam kegiatan yang dilakukan, pihaknya melibatkan sejumlah pihak seperti teater kampus, seniman, dan teater sekolah.

“Dari September kemarin, kami sudah melakukan tiga kali pementasan di sekitaran Bantargebang, di Kelurahan Cikiwul, Ciketing Udik dan Sumur Batu,” kata dia. (sng)