Suarapena.com, JAKARTA – Di tengah tren fast fashion yang merajalela, dampak buruknya terhadap lingkungan tidak bisa diabaikan. Dari pencemaran sumber air hingga kontribusi sekitar 10% terhadap total emisi karbon global, fast fashion telah menjadi sorotan negatif.
Namun, dari kepedulian terhadap lingkungan ini, muncul gelombang baru di industri kreatif: penciptaan jenama fesyen lokal yang berkomitmen pada keberlanjutan.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) mendukung penuh gerakan ini dengan inisiatif Parekraf Hijau yang akan diluncurkan pada tahun 2024.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa sektor Parekraf tidak hanya berkualitas tetapi juga berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Jenama fesyen lokal yang eco-friendly ini tidak hanya sekedar tren, tetapi sebuah komitmen.
Menggunakan bahan organik seperti serat alami, ekstrak tumbuhan, dan serat pohon, mereka menunjukkan bahwa mode dan alam bisa berjalan seiring.
Mari kita kenali beberapa jenama lokal yang telah mengambil langkah ini:
Sejauh Mata Memandang: Berdiri sejak 2014, jenama ini menggabungkan warisan budaya dengan sentuhan modern.
Dengan komitmen pada slow fashion, mereka berusaha mengurangi limbah tekstil melalui penggunaan bahan dan proses produksi yang ramah lingkungan.
SARE/Studio: Terkenal dengan koleksi pakaian rumahan yang nyaman, SARE/Studio menggunakan serat alami yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang.
Sejak 2015, mereka telah menawarkan berbagai pilihan pakaian yang tidak hanya nyaman tetapi juga berkelanjutan.
Kembang Tjelup: Dari Kota Yogyakarta, jenama ini mengkombinasikan batik dan Shibori, teknik pewarnaan Jepang, untuk menciptakan produk eco fashion.
Mereka menggunakan bahan organik dan pewarna alami yang tidak mencemari lingkungan.
Semilir Ecoprint: Dikenal dengan teknik eco printing dan motif alami, Semilir Ecoprint dari Kabupaten Sleman, DIY, telah berkembang dari memproduksi tas wanita menjadi pakaian, aksesori, dan dekorasi rumah.
Pijakbumi: Membuktikan bahwa bahan alami juga cocok untuk sepatu, Pijakbumi menggunakan bahan daur ulang dan berkelanjutan untuk menciptakan sepatu yang nyaman dan ramah lingkungan.
Inisiatif-inisiatif ini menunjukkan bahwa fesyen dan keberlanjutan bisa berjalan beriringan, menciptakan masa depan yang lebih hijau dan lebih baik bagi kita semua.
Lakanua: Berasal dari Bandung, Jawa Barat, Lakanua adalah jenama lokal yang menghasilkan jam tangan dari limbah kayu bekas berkualitas terbaik.
Limbah kayu bekas diolah dengan material epoxy, dan digunakan pada bagian kepala jam.
Sedangkan, untuk bagian strap jam terbuat dari kain tenun. Perpaduan tersebut sukses menghasilkan produk jam tangan yang unik, fresh, serta memiliki tekstur dan warna yang berbeda-beda
Loosewood: Masih tentang jam tangan, Loosewood turut menjadi jenama fesyen lokal ramah lingkungan yang tidak kalah unik.
Loosewood menggunakan limbah kayu bekas sebagai bahan utama pembuatan jam tangan. Mulai dari limbah kayu papan skateboard, kayu gitar, maupun kayu lantai.
Selain jam tangan, jenama lokal asal Solo, Jawa Tengah ini sudah memiliki berbagai macam koleksi. Mulai dari kacamata, tas, serta anting-anting, kalung, dan berbagai aksesori lainnya.
Berkat keunikannya, Loosewood berhasil tembus dan bersaing di pasar Eropa. (sp/prk)