Suarapena.com, SEMARANG – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengimbau para peternak untuk tidak panik terkait merebaknya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang ternak sapi.
Plt Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) Jateng, Hariyanta Nugraha, memastikan PMK yang disebabkan oleh apthovirus ini dapat disembuhkan asalkan segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Menurut Hariyanta, penting bagi peternak untuk segera melaporkan jika ternaknya menunjukkan gejala PMK ke dinas terkait atau dokter hewan.
“Semakin cepat kami mendapatkan laporan, semakin besar peluang ternak untuk sembuh,” katanya, Jumat (10/1/2025).
Menurut data yang disampaikan Hariyanta, tercatat sekitar 2.300 kasus PMK di Jawa Tengah dengan angka kematian sangat rendah, hanya 0,18 persen dari 1,3 juta ternak sapi.
Meskipun kecil, ia menegaskan perlunya penanganan cepat untuk mengurangi kepanikan yang dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang ingin meraup keuntungan dengan membeli ternak di bawah harga pasar.
“Jika ada ternak yang sakit, segera pisahkan dari yang sehat, dan lakukan desinfeksi kandang,” tambah Hariyanta.
Peternak juga diminta untuk memberi vaksin PMK pada ternaknya, yang tersedia dengan harga terjangkau sekitar Rp50 ribu per dosis.
Pemprov Jateng sendiri juga tengah menyiapkan vaksin dari pemerintah yang dijadwalkan akan turun pada akhir Januari dan Februari untuk bulan bakti vaksinasi.
Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Pembibitan dan Produksi Ternak Kementerian Pertanian, Drh Sintong HMT Hutasoit.
Ia menyarankan para peternak untuk mempersiapkan vaksinasi mandiri guna mencegah penyebaran PMK, terutama pada masa pancaroba. Sambil menunggu vaksinasi dari pemerintah.
Ia juga mengingatkan peternak untuk tidak menunda pelaporan jika ternak mereka sakit, agar penanganan cepat dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran lebih luas.
“Jangan biarkan ternak yang sakit tidak dilaporkan. Segera hubungi petugas, karena ini akan mencegah penularan yang lebih parah,” kata Sintong.
Pemerintah juga mengawasi ketat lalu lintas ternak, terutama dari Jawa Timur, untuk menekan potensi penyebaran penyakit. Dengan kerja sama yang solid antara peternak, pemerintah, dan masyarakat, PMK dapat dikendalikan dan tidak akan mengulang tragedi harga jatuh seperti yang terjadi pada 2022. (sp/pr)