Suarapena.com, JAKARTA – Di tengah tantangan ekonomi global yang berat, Indonesia membuktikan ketangguhannya dengan mencatat pertumbuhan ekonomi yang impresif.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengumumkan bahwa pada kuartal pertama tahun 2024, ekonomi Indonesia telah tumbuh sebesar 5,11% (year-on-year), melampaui ekspektasi banyak pihak.
Pertumbuhan ini didorong oleh konsumsi domestik yang kuat dan kebijakan fiskal yang proaktif, dengan APBN yang berperan penting dalam mendukung ekonomi.
“Kami melihat peningkatan signifikan dalam kualitas pertumbuhan ekonomi, yang tercermin dari penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ke level terendah sejak pra-pandemi,” ujar Sri Mulyani, Senin (13/5/2024).
Konsumsi rumah tangga dan Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh masing-masing 4,9% dan 24,3% (yoy), didukung oleh inflasi yang terkendali dan peningkatan aktivitas ekonomi selama bulan Ramadan.
Selain itu, kenaikan gaji Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) juga berkontribusi pada pertumbuhan ini.
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PKP) mencatat pertumbuhan yang luar biasa, dengan angka 19,9% (yoy), terutama berkat kinerja belanja pegawai dalam APBN.
Investasi, baik dari sektor swasta maupun pemerintah, juga menunjukkan peningkatan yang kuat, dengan pertumbuhan investasi sektor swasta mencapai 22,1% (yoy).
Meskipun ekonomi global mengalami perlambatan, ekspor dan impor Indonesia tetap bertumbuh. Sektor manufaktur dan perdagangan terus menunjukkan kinerja yang positif, sementara sektor pertanian mengalami kontraksi sebesar 3,5% (yoy) akibat faktor musiman.
Sektor pariwisata mendapat dorongan dari peningkatan mobilitas masyarakat, dengan sektor transportasi dan akomodasi tumbuh 8,7% dan 9,4% (yoy) secara berturut-turut.
Pertumbuhan ekonomi yang merata terjadi di seluruh wilayah Indonesia, dengan Pulau Jawa sebagai kontributor utama, tumbuh 4,8% (yoy).
Pertumbuhan ekonomi yang solid ini berdampak positif pada penyerapan tenaga kerja nasional, menurunkan tingkat pengangguran terbuka (TPT), dan mengurangi proporsi pekerja informal, menandakan peningkatan kualitas tenaga kerja di Indonesia.
Namun, risiko global seperti kebijakan FED yang tidak pasti, tensi geopolitik, dan disrupsi rantai pasok global masih menjadi tantangan.
Pemerintah Indonesia, dalam menghadapi dinamika ini, akan terus memperkuat sinergi dan koordinasi dengan otoritas moneter dan sektor keuangan untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional.
APBN akan terus dioptimalkan sebagai shock absorber untuk menjaga daya beli masyarakat dan momentum pertumbuhan ekonomi, dengan pemerintah yang berkomitmen untuk melakukan monitoring dan asesmen terhadap potensi dampak dari dinamika global terhadap perekonomian domestik serta kondisi fiskal. (sp/feb/al)