Suarapena.com, WASHINGTON – Utusan Timur Tengah Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff, pada Rabu mengumumkan rencananya untuk terbang ke wilayah Timur Tengah. Ia akan bergabung dengan tim inspeksi yang bertugas memantau kepatuhan terhadap gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari di Jalur Gaza.
Keberangkatannya ini menjadi bagian dari usaha intensif untuk memastikan kedua pihak yang terlibat dalam konflik, Israel dan Palestina, benar-benar menahan diri.
Dalam wawancara eksklusif dengan Fox News, Witkoff mengatakan fokus utamanya adalah mengawasi dua lokasi penting: Koridor Netzarim dan Philadelphi. Di kedua lokasi ini, timnya akan memverifikasi setiap orang yang memasuki wilayah tersebut tidak membawa senjata dan tidak menimbulkan ancaman baru.
“Pelaksanaan gencatan senjata lebih menantang daripada merumuskan kesepakatannya,” ujar Witkoff, menunjukkan pentingnya upaya pengawasan agar kesepakatan yang telah dicapai bisa berjalan dengan baik.
Optimisme Witkoff juga tampak pada komentar mengenai kemungkinan normalisasi hubungan yang lebih luas di Timur Tengah, termasuk dengan Israel. Ia mengapresiasi peran penting Qatar dalam membantu memastikan kesepakatan gencatan senjata ini. “Ada semangat kepemimpinan baru yang memberi harapan,” katanya.
Gencatan senjata ini adalah fase pertama dari sebuah perjanjian tiga fase yang bertujuan mengakhiri perang yang dimulai dengan serangan lintas perbatasan Hamas pada 7 Oktober 2023. Perang tersebut telah mengakibatkan lebih dari 1.200 korban jiwa di Israel dan hampir 47.000 di Gaza.
Selain itu, serangan Israel meninggalkan Gaza dalam kondisi hancur, dengan hampir setengah rumah di wilayah pesisir tersebut rusak atau hancur. Kondisi kemanusiaan semakin memburuk dengan hampir 2 juta orang terlantar di dalam Gaza, kekurangan pangan, dan air bersih.
Selain itu, tekanan internasional terhadap Israel semakin meningkat, dengan Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin Israel Benjamin Netanyahu dan mantan kepala pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang di Gaza. Kasus genosida juga sedang disidangkan di Mahkamah Internasional. (sp/at)