Scroll untuk baca artikel
Pendidikan

DPRD Tuding Alih Kelola SMA/SMK oleh Provinsi Jawa Barat Tidak Efisien

×

DPRD Tuding Alih Kelola SMA/SMK oleh Provinsi Jawa Barat Tidak Efisien

Sebarkan artikel ini
Anggota DPRD Kota Bekasi dari Fraksi Partai Golkar, Maryadi
Anggota DPRD Kota Bekasi dari Fraksi Partai Golkar, Maryadi
SUARAPENA.COM – Anggota DPRD Kota Bekasi, Jawa Barat Maryadi menilai kurangnya efisiensi alih kelola SMA/SMK oleh pemerintah Provinsi Jawa Barat. Hal ini diungkapkannya usai menerima aspirasi dan keluhan yang disampaikan oleh komite sekolah dan para orang tua siswa SMA di Kota Bekasi.

“Mereka mengeluh, kok biayanya lebih besar setelah provinsi mengambil alih SMA dan SMK Negeri Kota Bekasi,” katanya, Sabtu (5/8/2017).

Menurut Wakil Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD Kota Bekasi ini, tidak efisiennya alih kelola SMA/SMK negeri dapat dilihat melalui jalur PPDB Online tahun ini. Maryadi mengomentari mahalnya biaya punggutan sumbangan Awal Tahun (SAT) di SMA dan SMK Negeri.

Berita Terkait:  Kisruh Alih Kelola SMA di Bekasi, BMPS Sebut Ada Kepentingan Penguasa

Saat mengikuti rapat bersama komite sekolah, kata Maryadi dirinya banyak menerima keluhan orang tua murid soal besaran SAT sebesar Rp2,5 juta per bulan.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk lihat konten

“Selain itu mereka pun diwajibkan membayar SPP sebesar Rp300 ribu per bulan,” ungkap Maryadi.

Berita Terkait:  Alih Kelola SMA Terus Bergejolak, Apa Sebenarnya yang Jadi Pokok Masalah?

Para orang tua siswa, lanjut Maryadi menyesalkan adanya pelimpahan kewenangan sekolah SMA dan SMK dari Kota Bekasi kepada Provinsi Jawa Barat.

Bukan hanya mengenai keluhan orang tua siswa, Maryadi pun kerap mendengarkan keluhan dari beberapa kepala Sekolah SMA dan SMK Negeri di Kota Bekasi pasca alih kelola SMA/SMK negeri oleh Pemprov Jabar.

Berita Terkait:  Alih Kelola SMA Terus Bergejolak, Apa Sebenarnya yang Jadi Pokok Masalah?

Dia menambahkan, yang paling dirasakan oleh para guru antara lain kesejahteraan yang berkurang setelah diambil alih Pemprov Jawa Barat.  Kedua gaji dan tunjangan guru kerap terlambat dan tidak tepat waktu. Selain itu, para guru juga mengeluhkan adanya proses birokrasi yang panjang dan jauh karena adanya BP3 atau UPTD SMA.

“Selain itu mereka para guru mengeluhkan minimnya segi pembinaan bagi para guru,” tambahnya. (sng)