Suarapena.com, BEKASI – Kopasgat adalah singkatan dari Komando Pasukan Gerak Cepat, pasukan khusus TNI AU yang memiliki baret jingga dan motto “Karmanye Vadikaraste Mafalesu Kadatjana”, yang artinya bekerja tanpa menghitung untung dan rugi dalam Bahasa Sansekerta.
Kopasgat berawal dari permintaan Gubernur Kalimantan Pangeran Muhammad Noor kepada AURI (sekarang TNI AU) untuk mengirimkan pasukan payung ke Kalimantan untuk membentuk dan menyusun gerilyawan, membantu perjuangan rakyat di Kalimantan pada tahun 1947.
Pada 17 Oktober 1947, sebanyak 13 orang berhasil diterjunkan di Sambi, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Mereka adalah Hari Hadi Soemantri, FM Soejoto, Iskandar, Ahmad Kosasih, Bachri, J Bitak, C Williem, Imanuel Nuhan, Amirudin, Ali Akbar, M Dahlan, JH Darius, dan Marawi.
Mereka diterjunkan dari pesawat C-47 Dakota RI-002 yang diterbangkan oleh Bob Freeberg, seorang pilot Amerika yang juga pemilik pesawat.
Operasi tersebut adalah lintas udara pertama dalam sejarah Indonesia dan menandai lahirnya Kopasgat. Peristiwa penerjunan tersebut dikukuhkan sebagai hari jadi Kopasgat pada tahun 1967 oleh Men/Pangau Nomor 54 Tahun 1967.
Kopasgat merupakan pasukan tempur darat berkemampuan tiga matra, yaitu udara, laut, dan darat. Setiap prajurit Kopasgat minimal harus memiliki kualifikasi parakomando (Parako) untuk dapat melaksanakan tugas secara profesional.
Kopasgat juga merupakan satu-satunya pasukan elite TNI yang memiliki kemampuan mengoperasikan bandara atau pangkalan udara. Kopasgat disegani oleh sejumlah negara di dunia karena kehebatan dan ketangguhan prajuritnya dalam menyelesaikan tugas.
Warna baret jingga Kopasgat terinspirasi dari cahaya jingga saat fajar di daerah Margahayu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat daerah tempat pasukan ini ditempa. (*)