Suarapena.com, BEIJING – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, pada Sabtu (1/2/2015), mengambil langkah kontroversial dengan menandatangani perintah eksekutif yang memberlakukan tarif tambahan.
Tarif baru ini mencakup 25 persen terhadap impor dari Kanada dan Meksiko serta 10 persen terhadap barang-barang asal China. Langkah proteksionis ini langsung memicu reaksi keras dari negara-negara yang terdampak.
Kanada tak tinggal diam. Pada Sabtu malam, Perdana Menteri Justin Trudeau mengumumkan negaranya akan mengenakan tarif balasan terhadap barang-barang impor asal AS senilai 30 miliar dolar Kanada, yang akan berlaku mulai Selasa (4/2/2025).
Sektor-sektor yang terpengaruh meliputi minuman alkohol, sayuran, pakaian, serta peralatan rumah tangga dan mebel. Selain itu, Kanada juga mempertimbangkan pembatasan ekspor mineral strategis dan produk energi ke AS, serta kemungkinan tindakan lain di bidang perdagangan.
Tidak hanya Kanada, Meksiko juga memberi tanggapan keras. Presiden Meksiko, Claudia Sheinbaum, pada hari yang sama menginstruksikan langkah serupa untuk melindungi kepentingan negaranya.
Sheinbaum menegaskan, meskipun penerapan tarif bukanlah solusi, dialog dan kerjasama kedua negara sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan perdagangan dan kriminalitas.
Meksiko juga menolak tuduhan yang menyebutkan adanya hubungan antara pemerintahnya dengan organisasi kriminal.
Sementara itu, China pun tak kalah tegas. Pemerintah China mengutuk kebijakan tarif AS yang diberlakukan terhadap produk impor asal China, dan berjanji akan mengambil tindakan balasan yang sesuai untuk melindungi kepentingan negara mereka.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China menekankan bahwa perang dagang tidak akan membawa keuntungan bagi siapapun, dan kebijakan unilateral AS melanggar aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Ketiga negara ini menunjukkan keteguhan sikap mereka dalam merespons kebijakan AS yang dinilai merugikan, dengan menyuarakan pentingnya dialog dan penghormatan terhadap kedaulatan negara.
Ketegangan perdagangan ini semakin memanas, dan dunia kini menantikan langkah selanjutnya dari masing-masing pihak. (sp/at)