SUARAPENA.COM – Mendekati akhir tahun 2017, inflasi DKI Jakarta tetap stabil. Inflasi Ibu Kota pada November 2017 tercatat sebesar 0,08 persen, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional 0,20 persen. Sedangkan rata-rata tiga tahun sebelumnya 0,60 persen. Dengan perkembangan ini, tekanan inflasi DKI Jakarta menjelang akhir tahun masih terkendali dengan laju inflasi sebesar 3,05 persen.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta, Doni P. Joewono menerangkan stabilnya inflasi didukung oleh deflasi kelompok volatile food dan terjaganya inflasi inti dan administered prices. Kelompok volatile food pada November 2017 kembali mengalami deflasi. Hal tersebut terutama disebabkan oleh koreksi harga pada komoditas yang tergabung dalam subkelompok buah-buahan dan sayur-sayuran. Tomat buah, jeruk dan sawi hijau, masing-masing mengalami penurunan harga, sebesar 4,70 persen, 4,10 persen dan 9,11persen.
“Pasokan yang melimpah baik di tingkat produsen maupun di Ibukota, mendorong turunnya harga komoditas buah-buahan dan sayur-sayuran. Selain itu, harga beras relatif masih stabil dengan kenaikan harga relatif terbatas, yaitu 0,13 persen, kendati tengah memasuki musim tanam di beberapa daerah produsen. Terkendalinya harga beras didukung oleh diberlakukannya kebijakan harga eceran tertinggi (HET) serta operasi pasar beras oleh Bulog,” ungkapnya di Jakarta, Senin (4/12/17)
Setelah pada bulan sebelumnya mengalami deflasi, kelompok administered prices tercatat mengalami inflasi pada November 2017. Inflasi kelompok ini terutama disebabkan oleh kenaikan harga rokok akibat penyesuaian tarif cukai sejak awal tahun 2017, serta kenaikan harga bahan bakar 0,19 persen akibat kenaikan harga LPG 12 kg di tingkat distributor. Namun, tidak adanya tekanan permintaan yang berlebihan pada bulan tersebut, didukung dengan turunnya indeks harga angkutan udara sebesar 1,11 persen, menjaga inflasi kelompok administered prices secara keseluruhan.
“Terjaganya inflasi kelompok inti turut mendukung pencapaian inflasi November 2017 yang stabil. Tidak adanya momen khusus yang mendorong permintaan berlebihan selama bulan November 2017, menjadi faktor utama stabilnya kelompok inti. Beberapa komoditas utama yang tergabung dalam kelompok inti seperti harga sewa rumah, kontrak rumah dan emas perhiasan tidak mengalami perubahan. Harga-harga makanan jadi juga relatif tidak bergejolak, tercermin dari kenaikan indeks yang terbatas, yaitu 0,24 persen, didukung oleh harga bahan baku pangan yang masih terkendali,” paparnya.
Memerhatikan pola perkembangan harga-harga di pasar-pasar di Jakarta hingga akhir November 2017, inflasi pada bulan Desember 2017 mendatang diperkirakan akan meningkat sesuai dengan polanya. Masuknya Hari Natal serta Tahun Baru 2018 menjadi faktor pendorong permintaan, terutama untuk komoditas yang tergabung pada kelompok inflasi inti, antara lain pada kelompok makanan jadi dan sandang, serta kelompok administered prices terutama komoditas transportasi. Kelompok volatile food juga perlu terus diwaspadai, terutama terkait distribusi pangan di Jakarta yang dapat terganggu oleh faktor cuaca.
“Dinamika harga-harga di Jakarta dapat memengaruhi kinerja kestabilan harga secara nasional, mengingat cukup besarnya peran Jakarta dalam perkembangan inflasi nasional. Hal ini tampak jelas dalam perkembangan harga pangan. Harga pangan DKI Jakarta telah menjadi barometer pergerakan harga pangan nasional, sehingga sangat penting mengendalikan harga pangan di Jakarta. Tercapainya kestabilan inflasi di Jakarta akan mendorong pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Jakarta secara khusus, dan nasional secara umum” pungkasnya. (gis)