Suarapena.com, JAKARTA – Wakil Ketua DPR RI Adies Kadir mengemukakan sejumlah rekomendasi menyikapi kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Amerika Serikat (AS) pada 2 April lalu, bertepatan dengan Liberation Day. Menurutnya, kebijakan ini menandai dimulainya kembali babak baru perang dagang global versi 2.0.
Kebijakan tersebut berdampak pada 180 negara, termasuk Indonesia, yang dikenakan tarif tambahan sebesar 32% di atas tarif dasar 10%. Hal ini berpotensi menurunkan daya saing produk ekspor Indonesia di pasar AS, seperti elektronik, tekstil, alas kaki, minyak sawit, karet, furnitur, udang, dan produk perikanan.
Adies menekankan pentingnya langkah cepat, baik melalui negosiasi dengan AS maupun pencarian pasar alternatif, guna menjaga keberlanjutan produksi dan menghindari pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat penurunan volume ekspor.
Lebih jauh, ia mendorong pemerintah menyiapkan strategi jangka pendek untuk mencegah spill over atau membanjirnya produk impor dari negara-negara terdampak ke Indonesia. Selain itu, ia menyarankan perlunya koordinasi untuk mengantisipasi risiko instabilitas keuangan, termasuk menjaga stabilitas pasar modal, valas, dan utang negara.
Adies juga mengapresiasi respons cepat pemerintah dalam meningkatkan daya saing dan iklim investasi, termasuk penguatan kerja sama dengan negara-negara ASEAN, BRICS, dan OECD. Ia mendukung upaya diplomasi dengan AS sekaligus mendorong deregulasi untuk menghilangkan hambatan non-tarif.
Di tengah memanasnya perang dagang, beberapa mitra dagang AS seperti Tiongkok, Kanada, Meksiko, dan Uni Eropa telah membalas dengan menaikkan bea masuk produk AS. Sementara Presiden Prancis Emmanuel Macron mengimbau pelaku bisnis Uni Eropa menunda investasi di AS. (sng/rdn)