Scroll untuk baca artikel
KulturalSuara Jateng

Tradisi Ramadan yang Hangat, Bubur Samin Banjar Menyatukan Komunitas di Surakarta

×

Tradisi Ramadan yang Hangat, Bubur Samin Banjar Menyatukan Komunitas di Surakarta

Sebarkan artikel ini

Suarapena.com, SURAKARTA – Di tengah hiruk-pikuk persiapan berbuka puasa, sebuah tradisi kuliner telah mengakar di hati masyarakat Surakarta, khususnya di Kelurahan Jayengan.

Bubur Samin, sajian khas Banjar yang kaya rempah, telah menjadi simbol persatuan dan kehangatan selama bulan suci Ramadan.

Advertisement
Scroll ke bawah untuk lihat konten

Sejak tahun 1985, Masjid Darussalam telah menjadi pusat distribusi bubur ini, menawarkan takjil gratis yang tidak hanya memuaskan rasa lapar tetapi juga menghangatkan jiwa.

Berita Terkait:  Kopi Arab, Warisan Budaya dan Kebersamaan di Bulan Ramadan

Kegiatan ini telah menjadi bagian dari warisan komunitas, di mana ratusan warga dari berbagai usia mengantre dengan rantang mereka, menunggu giliran untuk menikmati bubur yang lezat.

Rita Dwi Wulandari, seorang warga setempat, mengungkapkan kecintaannya pada bubur ini, “Setiap hari saya antre untuk bubur ini. Rempahnya yang khas membuat saya ingin kembali lagi.”

Sementara itu, Yamti, pengantre lain, bersiap untuk kembali lagi esok hari setelah bekerja, menunjukkan betapa bubur ini telah menjadi bagian dari rutinitas harian mereka.

Berita Terkait:  Kopi Arab, Warisan Budaya dan Kebersamaan di Bulan Ramadan

Ketua Takmir Masjid Darussalam, Muhammad Rosyidi Muchdor, berbagi cerita tentang asal-usul Bubur Samin, yang berasal dari tradisi para perantau Banjar yang menetap di Solo.

Dengan menu yang beragam setiap hari, bubur Banjar Samin akhirnya terpilih sebagai hidangan berbuka puasa utama, mencerminkan kekayaan budaya Kalimantan.

Peminat bubur ini terus bertambah setiap tahun, menarik tidak hanya umat muslim tetapi juga nonmuslim, menunjukkan bahwa kelezatan dan keramahan tidak mengenal batas.

Berita Terkait:  Kopi Arab, Warisan Budaya dan Kebersamaan di Bulan Ramadan

Dengan peningkatan jumlah beras yang digunakan setiap tahun, bubur ini kini dapat disajikan hingga 1.300 porsi, mencakup 200 porsi untuk takjil masjid dan sisanya dibagikan kepada masyarakat.

Dukungan dari alumni Masjid Darussalam, termasuk sumbangan beras dari Singapura dan Pemkot Surakarta, telah memungkinkan tradisi ini terus berlanjut, membawa kebahagiaan dan kebersamaan kepada masyarakat setiap Ramadan.

Bubur Samin tidak hanya sekedar hidangan; ia adalah cerita tentang komunitas, kebersamaan, dan tradisi yang terus hidup dari generasi ke generasi. (sp/ak/ul)