Suarapena.com, BANDUNG – Di Kelurahan Pasirjati, Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung, sampah bukan lagi sekadar limbah, melainkan sumber pendapatan yang menguntungkan.
RW 13 di wilayah ini telah membuktikan bahwa sampah anorganik dapat diubah menjadi rupiah.
Ketua Kelompok Pengelola Sampah Mandiri (KPSM) Erwiber RW 13 Bersih dan Berkah, Salamun, menyatakan bahwa sampah anorganik yang dikumpulkan dari warga memiliki nilai jual yang menjanjikan.
Melalui program Sedekah Sampah, pengurus RW tidak perlu repot karena sampah yang terkumpul dalam karung dapat menghasilkan hingga Rp6,5 juta per bulan.
Meski pendapatan bervariasi, sampah anorganik memberikan tambahan penghasilan bagi petugas kebersihan.
Selama lima tahun terakhir, KPSM telah berhasil mengolah sampah organik hingga 2 ton menggunakan metode maggot dan mesin pencacah organik untuk hasil yang lebih optimal.
“Kami telah menciptakan ekosistem pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Baby maggot yang kami budidayakan digunakan sebagai pakan ternak, bebek, dan ayam petelor,” jelas Salamun, Jumat (15/3/2024).
Untuk mengatasi masalah bau dari sampah organik, KPSM memproduksi Mikro Organisme Lokal (MOL) yang terbuat dari buah-buahan tidak terpakai seperti nanas, jeruk, dan pisang. MOL ini efektif dalam menghilangkan aroma tidak sedap dari sampah.
Lurah Pasirjati, Agus Mulyana, menambahkan bahwa pengelolaan sampah di wilayahnya telah berkembang dari metode konvensional menjadi lebih edukatif dan bermanfaat.
“Kami mengedukasi warga untuk memilah sampah anorganik dan organik, sehingga sampah menjadi berguna dan memiliki nilai ekonomis,” ungkap Agus.
RW 13 telah menjadi percontohan sejak tahun 2018, dengan warga yang mampu mengelola sampah dan menghasilkan pendapatan dari proses tersebut.
“RW ini adalah yang pertama dan menjadi inisiator di kelurahan kami. Kami berharap kisah sukses ini dapat menyebar ke wilayah lain, sehingga lebih banyak masyarakat yang mampu mengelola sampah secara mandiri,” harap Agus. (sp/yan)