SUARAPENA.com – Rencana Widya Wisata dan pramuka diduga dimanfaatkan oleh oknum guru untuk melakukan Pungutan Liar (Pungli) oleh pihak sekolah. Hal ini terjadi di SDN Margahayu, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat.
Kepala Inspektorat Kota Bekasi, Widodo Indrijantoro mengaku akan menindak tegas pihak sekolah yang mencari keuntungan dengan cara melakukan pungli dalam kegiatan tersebut.
“Masa kalau kegiatan yang sudah masuk agenda kegiatan sekolah harus mencari keuntangan (pungli). Kita akan berikan sanksi disesuaikan dengan tindakan yang dilakukan,” katanya, Rabu (29/3/2017).
Guna memastikan adanya pungutan liar, pihaknya bakal melakukan pengecekan dan meminta laporan keuangan sekolah.
Menururnya, kegiatan ekstrakurikuler wajib Pramuka, sudah dialokasi melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Namun, ketika dana tersebut tidak mencukupi, pihak sekolah bisa mengusulkan kepada komite sekolah dan ditindak lanjuti kepada para orang tua murid. Dengan demikian, rencana program sekolah yang telah diagendakan dapat diselenggarakan.
“Sepanjang kegiatan itu tidak mengikat dan disepakati lewat musyawarah dari komite dan orangtua murid, bisa saja,” ujarnya.
Sementara Kepala UPTD Pembinaan SD, Kecamatan Bekasi Timur, Nahrowi mengakui ada sejumlah sekolah yang meminta ijin dari UPTD untuk menggelar kegiatan studi tour di luar sekolah.
“Memang ada sekolah yang minta ijin,” ungkapnya saat dihubungi melalui sambungan telepon.
Namun, ketika ditanya izin yang dikeluarkan pihak UPTD harus mengeluarkan biaya, Nahrowi membantahnya.
“Ijinnya sebatas tembusan saja. Kalau harus bayar, dari mana rumusnya,” kilahnya.
Sebelumnya, salah seorang wali murid SDN Margahayu Bekasi Timur mengungkapkan pungutan liar senilai Rp350 ribu. Biaya tersebut dipungut dari siswa untuk mengikuti kegiatan di Lembang, Bandung pada 10 Mei 2017 nanti.
“Biaya Rp350 ribu bagi saya cukup besar. Saya keberatan untuk mengikutsertakan anak saya,” ungkap perempuan yang tidak mau namanya ditulis.
Menurutnya, para orang tua murid sempat memprotes biaya pungli study tour karena dinilai terlalu mahal. Namun, pihak sekolah bersama penyelenggara panitia kegiatan akhirnya tetap memutuskan agar kegiatan diselenggarakan. (yas)