Akan halnya mereka yang berebut kekuasaan, pada hakikatnya telah pada titik melihat politik sebagai penggunaan “kapital”, sebagai representasi dari kekuasaan dalam konteks produksi, distribusi, dan penggunaan sumber daya publik.
Sebab itu, politik kekuasaan tidak sekadar bagaimana menduduki satu pos kekuasaan tertinggi, tetapi juga bagaimana mengelola produksi kekuasaan, distribusi kekuasan, dan pengelolaan sumber daya publik saat menduduki struktur tertinggi sebagai penguasa.
Kekuasaan dalam pemaknaan seperti ini adalah kekuasaan yang dimaknai sebagai kemampuan untuk memaksakan keinginan kepada banyak orang. Dan kemudian melekatkan kekuasaan pada sekegilintir orang sebagai para konco. (*)