Suarapena.com, PALEMBANG – Sudahkah Anda membiasakan makan bersama di meja makan bersama anggota keluarga? Ternyata kebiasaan ini tak hanya menguatkan bonding antara orang tua dan anak lho, kebiasaan ini juga dapat dipakai sebagai metode mengedukasi mengenai pola makan yang sehat dan membentuk karakter anak.
Menurut Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah Atikoh Ganjar Pranowo saat menghadiri Gerakan Kembali ke Meja Makan Melalui Sarapan Pagi Bergizi di Main Dinning Hall, Jakabaring Sport Center Palembang, filosofi kembali ke meja makan ini sangat luar biasa.
Karena lewat meja makan bisa menguatkan bonding antara orang tua dan anak. Orang tua juga bisa mengidentifikasi berbagai persoalan pada anak dan memperlancar komunikasi. “Jadi orang tua bisa treatment-nya dilakukan sejak dini,” kata Atikoh, Rabu (5/7/2023).
Manfaat lainnya terkait kebersamaan di meja makan juga dapat menjadi media edukasi anak dengan pola makan yang sehat. Sebab, jika sendirian, orang tua akan sulit memantau anak, apakah hanya makan karbohidrat, atau protein yang dikonsumsi seperti apa.
“Kalau makannya bareng-bareng di meja makan itu kita bisa lihat, oh kurang suka sayur yang apa, mungkin besok dicoba lagi. Jadi gizi berimbangnya itu bisa terevaluasi dengan baik konsumsinya,” ucap Atikoh.
Keuntungan lainnya menurut studi diungkapkan Atikoh, dengan orang yang aktif makan bersama di meja makan, attitude atau karakter anak bisa terbentuk dengan baik, karena orang tua bisa benar-benar hadir sekaligus dari sisi pola asuhnya, dengan suasana informal yang menyenangkan.
“Tentu kita harus matiin HP dulu, jangan sampai makan di meja makan tapi sebenarnya mereka aktif sendiri-sendiri, karena aktif dengan HP-nya masing-masing. Jadi benar-benar menghadirkan lagi suasana keluarga di meja makan,” tutur dia.
Terakhir, Atikoh menyampaikan akan terus mendorong gerakan kembali ke meja makan tersebut. Meski di tengah kesibukan, setidaknya keluarga diharapkan menyisihkan waktu minimal sekali dalam sehari untuk makan bersama.
“Misalnya dalam waktu tiga kali sehari kan tidak bisa, ya minimal sekali lah, pagi atau malam. Kalau bisa ketika weekend itu tiga kali sehari, dan bareng minimal dua kali. Kalau saya, dari kecil berusaha seperti itu, tapi karena aktivitas masing-masing minimal malam hari, kita bareng-bareng, di situ juga kita bisa berkomunikasi,” tandasnya.
Hal senada juga disampaikan Kepala BKKBN RI Hasto Wardoyo. Menurutnya, komunikasi akan terjalin lebih intens saat berada di meja makan.
Untuk diketahui, selain gerakan makan di meja makan, rangkaian kegiatan ini diawali dengan senam bersama, dan juga demo masak berbahan ikan patin.
Hal tersebut sekaligus memberikan pemahaman kepada masyarakat, jika mencegah stunting itu tidak mahal. Bisa dengan mengonsumsi makanan dengan bahan yang ada di sekitar, tidak harus dengan bahan pangan pabrikan. (Sp/pr)