Suarapena.com, BREBES – Imbauan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo agar petani bawang di Brebes beralih ke pupuk organik, disambut antusias. Petani yang menggunakan pupuk organik, justru semakin untung. Tanahnya subur, produktivitasnya pun meningkat 30 persen.
Penyuluh Pertanian di Kecamatan Brebes Hery Priyono mengatakan, ajakan Ganjar agar petani perlahan beralih ke pertanian organik disambut antusias. Menindaklanjuti hal itu, pihaknya secara swadaya mengadakan sekolah lapang. Dari sekolah lapang, ada delapan kelompok tani dari delapan desa yang ikut serta.
“Kedatangan Pak Ganjar Pranowo beberapa waktu lalu dalam rangka pemulihan penyehatan lahan, karena di beberapa media (diberitakan lahan) Brebes kan 50 persen rusak karena pestisida (berlebihan). Maka, tindak lanjut itu kami dengan beberapa kelompok membentuk satu sekolah lapang. Kami lalu belajar bio remidiasi atau penyehatan lahan garapan,” kata Hery dalam keterangnnya, Kamis (22/6/2023).
Dalam kurun waktu setahun belakangan, Hery menceritakan bahwa petani mulai merasakan perubahan pada kondisi tanah. Itu semua, setelah mendapatkan perlakuan semi organik dengan pupuk dan pestisida alami, serta mengurangi penggunaan produk kimia.
“Selama setahun ini, mereka menyadari bahwa dari dua sampai tiga kali panen, mereka merasakan respon tanah bereaksi dan pulih. Kalau dulu di pupuk tak ada reaksi, dosis (pupuk kimia) ditambah lagi. Tapi karena dulu tanah tak sehat ya respon tanah rendah,” urainya.
“Selain kesuburan tanah, hasil panenan pun meningkat. Produksi tadi pagi kami habis panen di Desa Wangen Dalem perbatasan dengan Desa Krasak, ini bisa menghasilkan 13,6 ton bawang merah. Sementara yang biasa (kimia tanpa organik), ini berkisar 9-11 ton,” imbuhnya.
Sementara, Ketua Gapoktan Unggul Makmur Desa Krasak, Wiyono mengakui hal itu. Menurutnya, selama ini petani bawang di Brebes memang lebih banyak menggunakan pupuk kimia. Namun, seiring sosialisasi yang dilakukan dan bantuan yang diberikan, petani kini mulai nyaman menggunakan pupuk organik.
Meski begitu, tak bisa dipungkiri bahwa memang belum 100 persen semuanya menggunakan pupuk organik (masih dikombinasikan). Terutama jika serangan hama menggila.
“Artinya, pupuk kimia hanya digunakan jika ada serangan hama yang parah. Keduanya masih dikombinasikan agar memperoleh hasil maksimal. Pada penerapan pupuk organik dan kimia yang presisi (tidak berlebih) lebih menghemat biaya produksi. Secara hasil, dengan luasan tanah garapan sekitar 1.800 meter persegi, ada peningkatan 30 persen,” kata Wiyono.
“Kalau saya dulu pakai kimia full itu per musim tanam sekitar Rp10 juta. Nah kalau (dipadukan) pakai pupuk organik sekitar Rp7 jutaan. Kini bawang yang dihasilkan pun cenderung super lebih besar. Panennya dulu 1,5 ton, sekarang bisa 1,8 ton sampai 2 ton,” lanjutnya menambahkan.
Wiyono juga mengakui bahwa kini anggota kelompoknya mulai nyaman menggunakan pupuk organik. Hal itu terlihat dari kesadaran petani yang rela merogoh kocek untuk membeli pupuk organik swadaya.
Terakhir, pihaknya berharap agar sosialisasi yang dilakukan pemerintah terkait pemuliaan tanah menggunakan bahan organik, lebih digencarkan. Pasalnya, di lapangan banyak produsen pupuk atau pestisida kimia, yang gencar turun hingga level perdesaan dengan masif.
Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyarankan petani bawang di Brebes beralih ke pupuk organik guna mengembalikan kesuburan tanah. Keluhan ini diterima Ganjar, saat panen raya bawang pada November 2022 lalu. Saat itu petani mengeluhkan langkanya persediaan pupuk subsidi kimia dan menurunnya produktivitas bawang.
“Pupuk itu subsidinya kurang, makanya kita ajak mereka untuk pindah ke organik dan petani setuju. Cuma memang harus pelan-pelan. Jadi kalau sudah masuk masa tanam, masa pemupukan dan kita perlu untuk segera mengambil tindakan cepat, telepon. Nanti kita turunkan tim,” kata Ganjar saat itu. (Sp/Pr)