Oleh Prof. Dr. Quraisy Shihab
BERKUNJUNG ke Mekkah “Baitullah” untuk melaksanakan haji adalah dambaan setiap Muslim, tapi tidak semua memperoleh dambaannya. Ada pesan ulama yang menyatakan: Kalau Anda tak dapat bekunjung ke rumah kekasih, maka undanglah kekasih ke rumah Anda. Yakni kalau Anda oleh satu dan lain hal tidak dapat berhaji, maka hadirkanlah Allah dalam benak Anda. Ketika itu Anda akan lebih berbahagia ketimbang yang berkunjung ke rumah kekasih tetapi ditolak, dianggap tidak menemui kekasih.
Inti ibadah haji adalah wukuf di Arafah . “Al Haj ‘Arafah, “ demikian sabda Nabi SAW. Wuquf berarti “berhenti“ walau sejenak . Dari segi pandangan hukum Islam, siapa yang berhenti walau sejenak di Padang Arafah setelah tergelincirnya matahari 9 Dzulhijjah, maka wukufnya dapat dinilai shahih, walau yang dituntut oleh hukum Islam demi kesempurnaan wukuf adalah keberadaan di tempat ini walau sesaat sebelum matahari terbenam sampai dengan walau sesaat sesudah terbenamnya.
Mengapa walau sesaat, karena sesaat atau sedikit dapat menghasilkan atau mengakibatkan banyak dan langgeng jika itu diberkati atau dikehendaki Allah. Rasul SAW berpesan: “Ada saat–saat dalam perjalanan masa ini di mana Allah menganugerahkan aneka anugerah, maka berusahalah menemukan saat-saat itu.”