“Anak saya tidak diterima masuk SMAN 4, padahal letak sekolah tidak jauh dari rumah hanya 15 meter, di belakang sekolah itu udah rumah kita. Sekarang anak saya tidak mau makan dan nggak tidur-tidur,” ucap Medi, orang tua DWS di RSUD Cibitung, Kabupaten Bekasi, Jumat (28/7/2017).
Sebagai seorang ibu, Medi mengaku sedih melihat kondisi anaknya. Menurutnya, anaknya tidak bisa diakomodir untuk masuk sekolah melalui jalur zonasi, sehingga harus melakukan pendaftaran melalui PPDB Online yang dikelola Provinsi Jawa Barat, dan hasilnya gagal.
Medi harus membawa anaknya ke RSUD Cibitung untuk mendapatkan perawatan dari dokter khusus psikiater, dengan harapan agar psikologi anaknya semakin parah. Kendati demikian, kondisi DWS yang gagal masuk sekolah semakin lemah.
Advertisement
Scroll ke bawah untuk lihat konten
“Padahal selama ini tidak begitu, orangnya ceria dan tidak begini. Anak saya sekarang jadi kayak bayi, mandi nggak tahu, pakai baju juga nggak tahu,” kata Medi sambil menangis.
Dia mengungkapkan, DWS sudah lama bertekad untuk masuk di SMAN 4 Tambun Selatan, apalagi kakaknya juga lulusan dari sekolah yang sama. Selain itu, teman-temannya juga masuk di SMAN 4 Tambun Selatan.
“Saya pengen banget nutup (aksi segel) sekolah itu. Gara-gara sekolah itu, anak saya jadi begini (depresi). Apalagi ditambah teman anak saya yang NEM-nya di bawah anak saya lebih kecil bisa masuk,” tukasnya. (ars)