Oleh Bang Miqo
Santri Mekah asal Lamongan, Penulis Buku Cahaya Qurani, dan Buku Bersama Cahaya
SEKALI buka sosmed usai lama vakum, aku langsung mendapat suguhan beberapa berita yang lumayan ‘menyentil’. Setidaknya, aku sendiri yang merasa disentil, hehe.
Entah jadi viral atau nggak di Indonesia, tapi memang di Saudi sedang ramai tentang penangkapan beberapa ulama berpengaruhnya. Jujur, detail tuduhannya apa aku nggak ngerti, tapi yang jelas dihubungkan dengan gerakan terlarang di negara ini, Ikhwanul Muslimin. Dan terlepas dari siapa yang tertangkap dan benar tidaknya tuduhan, tapi IM memang berbahaya: mengatas-namakan Islam untuk menggulingkan pemerintahan, dan seenggaknya merongrong stabilitas negara. Pantas kalau pemerintah setempat menangkap. Tuh, Mesir jadi ribut beberapa tahun lalu, dan sampai sekarang masih mengalami imbas ketidak-stabilan yang ditelurkan oleh IM. Indonesia mau jadi seperti itu? Naudzu billah.
Nah, yang ajaib, di ‘negara Islam’ yang notabene selalu dianggap menerapkan Alquran dan Assunnah, plus menjadi kiblat dari pemuja-pemuji ‘sistem negara Islam’, nggak ada tuh tuduhan kriminalisasi ulama. Sama sekali nggak terdengar, baik di sini atau di sana (baca: ehm, Indonesia). Semua diam seakan mengamini apa yang terjadi.
Kenapa? Kalau di Indonesia, ada dua kemungkinan: memang mungkin beritanya tak viral, atau memang tak sesuai dengan hawa nafsu untuk dituduh kriminalisasi ulama. Dan kalau di sini, mungkin karena warganya nggak ngerti istilah kriminalisasi ulama, secara mereka ngemengnya bahasa Arab, hihihi.